A. Judul
PENINGKATAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS V SD NEGERI 4 KARANGBENDA
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI
ELABORASI MODEL PQ4R
B. Nama Penulis
YUYUM HARYANI,
S.Pd
C. Abstrak dan Kata Kunci
Kata
Kunci: Mata Pelajaran Matematika, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Abstrak
Penelitian ini bermula dari adanya
kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran Matematika tentang
membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah yang telah dilakukan guru
dan siswa kelas V SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten
Ciamis.Kesenjangan dimaksud, yakni aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas
ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh penggunaan
pendekatan yang kurang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan model
pembelajaran kooperatif . Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian
ini, yaitu: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan model pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran mata pelajaran matematika?, dan (2) apakah penggunaan model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran mata pelajaran matematika? Prosedur yang akan ditempuh untuk
membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklusnya menempuh
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Setelah melakukan
penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran mata pelajaran
matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran
2009/2010.Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru,
baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi
kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh
peningkatan yang lebih baik.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Kemampuan membaca bagi siswa, sangatlah
penting. Dengan membaca, siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman
tertentu. Siswa yang berkemampuan membaca, akan mampu menjawab setiap persoalan
terkait dengan berbagai mata pelajaran pokok di sekolah. Bahkan, dengan berbekal
kemampuan ini, siswa pun akan mampu hidup bersosial dengan baik di masyarakat.
Berbeda dengan siswa yang kurang memiliki kemampuan ini, setiap menghadapi
persoalan biasanya menghindar dan bahkan ada kecenderungan sering menutup diri,
baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan
masyarakat.
Dengan mengetahui
situasi di atas, setiap guru di sekolah berkewajiban untuk selalu mengingatkan
para siswanya agar memiliki kebiasaan membaca yang baik. Selain itu, guru pun
harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca mereka melalui berbagai upaya
strategis, termasuk di dalamnya memberi contoh cara membaca yang efektif,
selalu mengelola pembelajaran yang di dalamnya terdapat pembagian waktu untuk
membaca bagi siswa, dan upaya lainnya, seperti memanfaatkan perpustakaan
sekolah dan memberi tugas untuk membaca di rumah. Melalui upaya tersebut, cepat
atau lambat akan membentuk kebiasaan siswa untuk selalu membaca dengan baik.
Selain itu, siswa pun
harus sadar terhadap tuntutan ini. Tanpa adanya kesadaran dari siswa untuk
membaca, kiranya upaya guru akan sia-sia. Sadar akan hal itu sangat penting,
luangkanlah waktu untuk membaca. Bacalah sesuatu yang baik dan menguntungkan,
seperti membaca berbagai buku di perpustakaan, membaca majalah pendidikan, membaca
surat kabar dan yang sejenisnya. Jika hal ini dapat dilakukan siswa dengan
sebaik-baiknya, niscaya akan diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan
tujuan membacanya.
Sudah sejauh mana upaya
di atas dapat dilakukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa Kelas V SD
Negeri 4 Karangbenda,kiranya untuk mengetahui hal ini sedikit banyaknya
diperoleh gambaran dari hasil evaluasi pembelajaran membaca cerita anak.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, 23 orang siswa (69,70%) dinyatakan kurang
mampu menentukan karakter tokoh dengan bukti yang meyakinkan. Selain itu,
mereka pun kurang mampu menentukan latar novel dengan bukti yang faktual dan
kurang mampu menganalisis keterkaitan antarunsur intrinsik dalam novel
tersebut.Sementara itu, siswa yang lainnya dinyatakan cukup mampu setiap
tuntutan tersebut.Kondisi seperti ini, sangat mungkin terjadi pula dalam
pembelajaran membaca yang lain, baik pada siswa di kelas ini maupun siswa di
kelas V lainnya.
Kekurangberhasilan
sebagian siswa di kelas itu dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran membaca
tersebut, tidak lepas dari upaya yang dilakukan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia.Sehubungan dengan hal ini Yamin (2009: 72) dan Sanjaya (2009: 51)
mengemukakan bahwa “Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,
sangat ditentukan oleh upaya guru dan siswa terkait. Apabila satu sama lain
saling berupaya dengan baik, niscaya akan mencapai suatu keberhasilan yang
diinginkan”. Di antara upaya guru tersebut terdapat penggunaan strategi yang
akan memengaruhi setiap gerak langkahnya ketika mengelola proses pembelajaran
bagi siswa. Menurut Sanjaya (2009: 53) “Apabila proses pembelajaran yang
dikelola guru bermakna bagi seluruh siswa, kemungkinan yang akan terjadi bukan
hanya mereka akan belajar memenuhi setiap tuntutan, tetapi juga mereka akan
sampai pada tujuan yang diinginkan”. Sepertinya, kondisi yang dianjurkan oleh
ahli tersebut tidak terjadi dalam pengelolaan proses pembelajaran membaca
memamahi buku novel remaja asli yang telah diselenggarakan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia dan siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda.Sebab itulah yang
telah memberikan dampak kurang baik terhadap proses belajar siswa, yang
akibatnya bagi sebagian besar siswa di kelas ini kurang mampu memenuhi setiap
tuntutan tersebut.
Untuk membuktikan
kebenaran adanya dugaan masalah di atas, perlu dilakukan suatu penelitian dan
solusi yang tepat guna mengatasinya. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada
penulis untuk mengadakan penelitian dan mengupayakan solusinya dengan
menggunakan strategi elaborasi model PQ4R. PQ4R (singkatan dari Preview (membaca selintas dengan cepat),
Question (bertanya), dan 4R singkatan
dari Read, Reflect, Recite, dan Review (membaca,
merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara
menyeluruh).Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi PQ4R
merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu
peserta didik menghafal informasi bacaan”.Lebih lanjut Iskandarwassid dan
Sunendar (2009: 12) mengemukakan,
Strategi elaborasi adalah proses
penambahan rincian, sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan
strategi elaborasi pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan
kepastian.Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di
otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan
dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.PQ4R adalah strategi
yang digunakan untuk membantu peserta didik mengingat apa yang mereka baca.
Dari pendapat ahli di atas diperoleh suatu gambaran pengelolaan proses
pembelajaran membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan strategi
elaborasi model PQ4R. Melalui penggunaan strategi ini, diharapkan proses
belajar siswa akan lebih bermakna dan memberi dampak perubahan pada
kemampuannya dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran. Bertolak dari
persoalan inilah alasan penulis mengadakan penelitian tindakan kelas yang
berfokus pada “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD
Negeri 4 Karangbenda dalam Pembelajaran Membaca Cerita Anak Melalui Penggunaan
Strategi Elaborasi Model PQ4R”.
b. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah
di atas, terdapat permasalahan yang menunjukkan adanya perbedaan antara harapan
dan kenyataan dalam pembelajaranmembaca cerita anakyang telah diselenggarakan
oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa Kelas V SD Negeri 4
Karangbenda.Permasalahan dimaksud dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.
Aktivitas belajar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda
dalammengikuti pembelajaran membaca cerita anak terkesan kurang bermakna, dan
ini telah menyebabkan sulitnya pemahaman siswa terhadap materi ajar yang
digunakan sebagai media untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.
Kemampuan sebagian besar siswa Kelas V SD Negeri 4
Karangbenda setelah mengikuti pembelajaran membaca cerita anak, kurang mencapai
harapan.
c. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi
masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas
ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.
Bagaimana langkah-langkah menerapkan strategi elaborasi
model PQ4R agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD
Negeri 4 Karangbendadalam mengikuti pembelajaran membaca cerita anak?
2.
Apakah penggunaan strategi elaborasi model PQ4R dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda
dalam pembelajaran membaca cerita anak?
d. Cara Pemecahan Masalah
Pada
uraian latar belakang masalah di atas, telah disebutkan bahwa untuk mengatasi
masalah yang dihadapi oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa Kelas
V SD Negeri 4 Karangbendaguna mencapai tujuan yang diharapkan dalam membaca
cerita anak digunakan strategi elaborasi model PQ4R.
e. Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan prosedur berikut:
(1) perencanaan tindakan (planning),
(2) pelaksanaan tindakan (acting),
(3) pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan (observing), dan (4) merefleksi proses dan hasil tindakan (reflecting). Melalui tiga siklus
tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Dengan
diterapkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda dalam
pembelajaran membaca cerita anak”.
E. LANDASAN TEORETIS
a.
Membaca
a)
Hakikat Membaca
Membaca
merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif.
Karena dengan membaca seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu
pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui
bacaan akan memungkinkan orang tersebut mampu memperluas daya pikirnya, mempertajam
pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian kegiatan membaca
merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan
meningkatkan diri.Menurut Amin (1996: 26) “Membaca merupakan salah satu kunci
utama untuk memasuki istana ilmu, berperan sebagai landasan yang mantap serta
kegiatan yang menyajikan sumber-sumber bahan yang tak pernah kering bagi
berbagai aktivitas ekpresif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari”.
Pembelajaran
membaca memang mempunyai peranan penting sebab melalui pembelajaran membaca,
guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kualitas
anak didik.(Akhadiah, 1992:29).Membaca bukanlah sekedar menyuarakan lambang-lambang
tertulis tanpa mempersoalkan rangkaian kata-kata atau kalimat yang dilafalkan
tersebut dipahami atau tidak, melainkan lebih dari itu.Tingkatan membaca
seperti itu tergolong jenis membaca permulaan.
Pada hakikatnya, aktivitas membaca
terdiri atas dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai
produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental.
Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang
dilakukan pada saat membaca. Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena
melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan
mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek, seperti dikemukakan Nurhadi
(1989: 84), yang meliputi:
1.
aspek sensori, yaitu
kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis;
2.
aspek perseptual,
yaitu kemampuan untuk menginterpresentasikan apa yang dilihat sebagai simbol;
3.
aspek skemata, yaitu
kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang
telah ada;
4.
aspek berpikir,
yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari;
5.
aspek afektif, yaitu
aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan
membaca.
b)
Pengertian Membaca
Membaca adalah usaha
memahami bacaan sebaik-baiknya; jika teks yang dilafalkan maka pembelajarannya
jelas dan fasih, tepat informasi dan penjedaannya, sehingga komunikatif dengan
pendengar, dan juga ditandai oleh suatu pemahaman teks (Amin, 1996:2). Membaca
adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau
hanya di hati (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia,
2002:18). Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama
beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami dan memikirkan.Menurut Barker
dan Ekskarpit (dalam Nurhadi, 1989: 55)“Membaca merupakan penangkapan dan
pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati
naskah. Setelah proses yang bersifat mekanis tersebut berlangsung, maka nalar
dan intuisi kita bekerja pula, berupa proses pemahaman dan penghayatan. Dengan penghayatan,
pembaca berarti telah pula merasakan nuansa naskah sehingga bisa pula
melangsungkan perenungan.Sementara itu Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa “Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulis”. Menurut Harjasujana (1985:3) “Membaca merupakan kegiatan
yang merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat”.
Semua pengertian di
atas benar, hanya masalahnya dari sudut manakah kita memandang dan dalam
konteks apa. Membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang tertulis dan
pelafalan kata tanpa harus memahami naskah dinamakan membaca permulaan.Membaca
yang sudah berusaha untuk memahami bacaan dinamakan membaca lanjut (Tim
Penyusun Kamus Pusat Indonesia, 2002:8).Jadi muara akhir kegiatan membaca
adalah memahami ide atau gagasan yang terkuat, tersirat bahkan tersorot dalam
bacaan.Dengan demikian pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur.Selain
fakta penangkapan dan pemahaman, membaca juga mementingkan ketepatan dan
kecepatan.Idealnya, kita bisa membaca dalam waktu yang singkat untuk bahan
relatif banyak, dengan tingkat pemahaman yang tinggi dan selaras dengan maksud
penulis.Aktivitas membaca membutuhkan pula kompetensi atau kemampuan bahasa,
kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas.Faktor-faktor yang mendasar
tadi tidak bersifat statis melainkan mekanisyang harus semakin bertambah.
c)
Jenis-jenis Membaca yang Dikembangkan di Dunia Pendidikan
Berdasarkan
jenis-jenisnya, membaca yang perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan, dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1.
Membaca Intensif
Menurut Amin (1996: 27) “Membaca
intensif menitikberatkan pada persoalan pemahaman yang mendalam, pemahaman
ide-ide naskah dari ide pokok sampai ide penjelas. Pada umumnya menggunakan
objek kajian karya-karya ilmiah seperti buku pelajaran, hasil analisis, dsb.,”.
2.
Membaca Kritis
Membaca krirtis
merupakan tahapan lebih jauh dari pada membaca intensif, dan dianggap sebagai kegiatan
membaca yang bertataran lebih tinggi. Hal ini karena ide-ide buku yang telah dipahami
secara baik dan detail perlu respons (ditanggapi/dikomentari), bahkan
dianalisis. Membaca kritis mensyaratkan pembacanya bersikap cermat, teliti,
korektif, bisa menemukan kesalahan dan kejanggalan dalam teks, baik dilihat
dari sudut isi maupun bahasanya, serta mampu pula membetulkan
kesalahan-kesalahan itu. Membaca kritis sangat dibutuhkan sebagian landasan dan
untuk kepentingan penulisan resensi buku, kritik sastra, analisis bacaan ilmiah
dan sastra serta pembuatan makalah banding. Objek kajian membaca kritis tidak
terbatas pada karya-karya ilmiah saja, buku-buku sastrapun dapat digunakannya.
Pembaca kritis diminta menegakkan sikap objektif dan sportivitas serta cukup punya
keterbukaan dan kedinamisan (Amin, 1996 : 27 ).
3.
Membaca Cepat
Membaca cepat penting
kita kuasai berkenaan dengan perolehan informasi-informasi keseharian.Membaca
cepat dilaksanakan secara zig-zag atau ertical, punya prinsip melaju
keras.Membaca cepat hanya mementingkan kata-kata kunci atau hal-hal yang
penting saja, ditempuh dengan jalan melompat kata-kata dan ide penjelas.
4.
Membaca Apresiatif dan Membaca Estetis
Dua kegiatan membaca
ini agak bersifat khusus, karena berhubungan dengan nilai-nilai efektif dan faktor
intensis/perasaan.Objek kajiannya terutama hanya sastra serta bacaan-bacaan
lain yang ditukis dengan bahasa yang indah.Tujuannya adalah pembinaan sikap
apresiatif, suatu penghayatan dan penghargaan terhadap nilai-nilai kaindahan
dan nilai-nilai kejiwaan (spiritual).Faktor pemahaman makna teks juga tidak
boleh diabaikan sebab hakikat membaca memanglah memahami maksud yang terkandung
dalam naskah.Membaca apresiatif dilakukan karena disadari bahwa buku-buku agama
filsafat, buku-buku pendidikan dan psikologi, sungguh perlu didekati dengan
sikap apresiatif, sikap penuh kecintaan dan penghayatan.Khusus membaca estetis,
perlu disesuaikan dengan pelafalan yang jelas dan fasih, serta berirama
tertentu. Yang penting, naskah atau karya sastra yang dibaca itu terasa lebih
hidup serta mampu menyentuh batin dan rasa haru pembaca ( Amin,1996 : 28 ).
d)
Tujuan, Fungsi, dan
Manfaat Membaca
1.
Tujuan Membaca
Tujuan membaca secara
umum yaitu mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara lancar atau
bersuara beberapa kalimat sederhana dan membaca puisi (Depdiknas ; 2004 : 15 ).
Tujuan membaca, yaitu mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau
tidak langsung.Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata
sendiri.Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat gagasan-gagasan
utama ( Depdiknas, 2004 : 18).
Jadi tujuan akhir
membaca intinya adalah memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam bacaan
secara utuh, baik dalam bentuk teks bebas, narasi, prosa ataupun puisi yang
disimpulkan dalam suatu karya tulis ataupun tidak tertulis.
2.
Fungsi Membaca
Kegiatan membaca yang
merupakan jantungnya pendidikan memiliki fungsi sebagvcai berikut.
1)
Fungsi Intelektual
Dengan banyak membaca
seseorang dapat meningkatkan kadar intelektualitas dan membina daya nalar.
Contoh: membaca buku-buku pelajaran, karya-karya ilmiah, laporan penelitian, majalah,
surat kabar, dan sejenisnya (Amin, 1996:4).
2)
Fungsi Pemacu Kreativitas
Hasil membaca dapat
mendorong, menggerakkan diri pembaca untuk berkarya, didukung oleh keluasan
wawasan dan pemilihan kosa kata.Contoh : buku ilmiah, bacaan sastra, dan
sejenisnya (Amin, 1996:5).
3)
Fungsi Praktis
Kegiatan membaca
dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misal:
teknik memotret, teknik memelihara ikan lele, resep membuat minuman dan
makanan, cara merawat tanaman, dan sejenisnya (Amin, 1996:5).
4)
Fungsi Religius
Membaca dapat
digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan
mendekatkan diri kepada Tuhan (Amin, 1996:6).
5)
Fungsi Informatif
Dengan banyak membaca
bacaan, informasi lebih cepat kita dapatkan. Contoh: dengan membaca majalah dan
Koran dapat kita peroleh berbagai informasi yang sangat penting atau kita
perlukan dalam kehidupan sehari-hari (Amin, 1996:6).
6)
Fungsi Rekreatif
Membaca digunakan
sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contoh:
bacaan-bacaan ringan, novel-novel, cerita humor, dan yang lainnya (Amin, 1996:6).
7)
Fungsi Sosial
Kegiatan membaca mempunyai
fungsi social yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring.
Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh
orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat dan berpikir. Contoh: pembacaan
berita, karya sastra, pengumuman, dan sebagainya (Amin, 1996:7).
8)
Fungsi Pembunuh Sepi
Kegiatan membaca
dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu
luang. Contoh: membaca majalah, surat kabar, dan sebagainya (Amin, 1996:8).
3.
Manfaat Membaca
Selain fungsi
tersebut diatas, kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, seperti
dijelaskan berikut.
1)
Memperoleh Banyak Pengalaman Hidup
Memperoleh
pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi
kehidupan.Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan
suatu bangsa.Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir di dunia.Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan
piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan
bangsa.Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan
seseorang menjadi cerdik dan pandai.Dapat memperkaya perbendaharaan kata,
ungkapan, istilah, dan sebagainya yang sangat menunjang keterampilan menyimak,
berbicara dan menulis.
2)
Mempertinggi Potensialitas Pribadi dan Memantapkan Desistensi
Demikian besar
manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca.Emerson, seorang filosof
kenamaan yang mengharapkan setiap orang (termasuk pelajar) dapat membiasakan
diri sebagai pembaca yang baik.Dengan kebiasaan itu seseorang dapat menimba
berbagai pengalaman dan pengetahuan, moral, peradaban, kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat sampai pada tingkat perkembangannya yang
sekarang ini merupakan akibat langsung dari pembacaan buku-buku besar.
Hal di atas
dipertegas lagi oleh Lin Yut'ang seorang filosof terkenal Cina yang menyatakan
bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan membaca yang baik akan terpenjara
dalam dunianya, baik dalam segi waktu dan ruang. Hal ini berarti ia hanya dapat
mengetahui hal-hal yang terjadi pada lingkungan dekatnya dan hanya berhubungan
dengan orang-orang tertentu saja. Dengan demikian semakin aktif seseorang
membaca maka akan semakin tinggi pengetahuan yang didapatkan, tidak terpenjara
dalam dunianya.
e)
Tuntutan dalam Pembelajaran Membaca Cerita Anak
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Kelas VSD untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada semester
II terdapat suatu tuntutan yang harus dipenuhi siswa, yaitu mampu menyimpulkan
isi cerita anak dalam beberapa kalimat (BSNP, 2006:20).
Untuk mampu memenuhi
ketiga tuntutan di atas, setiap siswa harus membaca kritis, agar dapat
menemukan setiap tuntutan tersebut dengan benar.Hal ini sangat mungkin dapat
dipenuhi oleh setiap siswa, tentunya dengan catatan penuh keseriusan pada saat
membacanya.Selain itu, persiapkan catatan kecil untuk merekomendasikan fakta
yang mendukung, agar setiap indikator yang dipenuhi dapat disertai bukti yang
benar.
b.
Strategi Elaborasi Model PQ4R
a)
Pengertian Strategi Elaborasi Model PQ4R
Menurut
Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi elaborasi adalah proses
penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna”. Lebih
lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) mengemukakan bahwa,
Dengan strategi
elaborasi pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan
kepastian.Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di
otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan
dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.
Beberapa bentuk
strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan
catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara informasi yang
dimiliki sebelumnya dengan informasi baru yang diperoleh melalui proses
mencatat. Dengan mencatat peserta didik dapat menuangkan ide baru dari
perpaduan kedua informasi itu. Sedangkan analogi merupakan cara belajar dengan
pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara cirri pokok benda
atau ide. PQ4R adalah singkatan dari Preview
(membacaselintas dengan cepat), Question
(bertanya), dan 4R singkatan dari Read,
Reflect, Recite, dan Review
(membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara
menyeluruh).Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi PQ4R
merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu
peserta didik menghafal informasi bacaan”.
b)
Langkah-langkah Strategi Elaborasi Model PQ4R
Agar
diperoleh suatu skenario yang jelas mengenai langkah-langkah pembelajaran
membaca yang disajikan dengan menggunakan strategi elaborasi model PQ4R,
berikut ini akan disertakan ilustrasi yang diberikan Iskandarwassid dan
Sunendar (2009: 15), seperti diuraikan dalam tiga tahapan di bawah ini.
1.
Tahap prabaca, diisi oleh
kegiatan:
1.
guru menyeleksi dan
menetapkan bahan bacaan yang relevan dengan tujuan;
2.
guru berusaha memahamkan
siswa terhadap langkah-langkah belajar membaca berdasarkan strategi elaborasi
model PQ4R;
3.
guru memotivasi siswa
dengan manfaat yang akan diperoleh setelah mengikuti pembelajaran membaca
berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R;
4.
guru mengevaluasi
kemampuan awal siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran membaca
melalui tes tulis yang sudah direncanakan.
2.
Tahap saat baca, diisi
oleh kegiatan:
1)
siswa membaca selintas
dengan cepat (preview) mengenai teks
bacaan;
2)
siswa mengajukan pertanyaan
(question) terkait dengan tujuan
pembelajaran berdasarkan hasil membaca selintas;
3)
siswa membaca dengan
teliti (read) bacaan yang sudah
dibacanya secara selintas;
4)
siswa merefleksi (reflect) hasil membacanya dengan mengacu
pada pencapaian tujuan;
5)
siswa menanyakan pada diri
sendiri (recite) terkait dengan
tuntutan yang harus dipenuhinya setelah pembelajaran;
6)
siswa mengulangi membaca
secara menyeluruh (review) teks bacaan yang sudah lebih dulu dibacanya untuk
mendapatkan sesuatu terkait dengan tujuan pembelajaran.
3.
Tahap pasca baca, diisi
oleh kegiatan:
1)
guru memberi tindak lanjut
untuk lebih memahamkan siswa sehubungan dengan tuntutan pembelajaran;
2)
guru mengevaluasi
kemampuan membaca siswa, sesuai dengan teknik yang telah ditentukan;
3)
guru dan siswa menutup
kegiatan dengan mengambil simpulan untuk dijadikan bahan catatan ke depan saat
memenuhi tuntutan yang sama.
c)
Keunggulan dan Kelemahan Strategi Elaborasi Model PQ4R Serta
Upaya Mengatasinya
Setiap strategi dapat
dipastikan memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, seperti halnya
strategi elaborasi model PQ4R. Keunggulan yang dimiliki strategi ini, antara
lain:
1.
lebih memusatkan perhatian
pada proses dan produk hasil baca siswa;
2.
siswa mengalami sendiri
proses uji baca untuk menghasilkan suatu pemahaman guna menjawab pertanyaan
terkait dengan isi bacaan;
3.
membantu tumbuh kembangnya
kemampuan membaca siswa;
4.
hasil uji baca siswa akan
sinkron dengan tujuan pembelajaran.
Sedangkan kelemahan dari strategi ini,
antara lain:
1.
tidak setiap siswa
mendapat kesempatan yang baik untuk membaca karena terbatas waktu;
2.
antarsiswa tidak terjadi
saling belajar karena masing-masing dihadapkan dengan yang sama;
3.
membutuhkan bahan yang
tidak sedikit tetapi harus seragam yang belum tentu tersedia.
Upaya untuk mengatasi
kelemahan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 17),
yakni “Perpanjang waktu pembelajaran, agar setiap siswa dapat menempuh proses
yang telah ditentukan.Bentuk kelompok belajar yang beranggotakan 2 sampai 3
orang, agar antarsiswa dapat saling belajar.Selain itu, upaya ini pun ditujukan
untuk mengefektifkan bahan bacaan yang tersedia”.
F. Metodologi Penelitian
a. Setting
Penelitian
Setting
dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus
PTK.Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
di SD Negeri 4 Karangbenda untuk mata pelajaran bahasa Indonesia dengan kompetensi
dasar membaca cerita anak. Adapun yang menjadi subjeknya, yaitu siswa kelas Vpada
tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 39 orang siswa yang terdiri atas 19
orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan, khususnya
mata pelajaran bahasa Indonesia dalam kompetensi dasar membaca cerita anak.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
awal tahun ajaran baru 2010/2011, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2010.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di
kelas.
3. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan dalam tiga
siklus, yakni untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model
PQ4R.
c.
Persiapan
PTK
Sebelum PTK dilaksanakan dibuat
berbagai input instrumental yangakan digunakansaat memberi perlakuan, di
antaranya menyusun rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan PTK. Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang
berupa: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Pengamatan Diskusi; (3) Lembar
Evaluasi. Dalam persiapan juga akan disusun daftar nama kelompok diskusi yang
dibuat secara hetrogen.
d.
Subjek
Penelitian
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa
yang menjadi subjek dalam PTK ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda,
Tahun Pelajaran 2010/2011, yang terdiri atas 19orang siswa laki-laki dan 20
orang siswa perempuan.
e.
Sumber
Data
Sumber data penelitian ini adalah
siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.Lebih jelasnya, sebagai berikut.
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang aktivitas
dan hasil belajar dalam proses belajar mengajar.
2. Guru
Untuk melihat keberhasilan tingkat
implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi
elaborasi model PQ4R.
3. Teman Sejawat dan Kolabolator
Teman sejawat dan kolabolator
dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara
komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
f.
Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini, antara lain: tes,
observasi, wawancara, dan diskusi.
1)
Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil
belajar siswa.
2)
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
3)
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang
tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
4)
Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolabolator digunakan
untuk merefleksi hasil siklus PTK.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data penelitian ini
meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
g.
Indikator
Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kenerjanya selain siswa juga
guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap
kinerja siswa.
1. Siswa
1)
Tes: rata-rata nilai ulangan harian.
2)
Observasi: keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar yang diselenggarakan.
2. Guru
1)
Dokumentasi: kehadiran siswa.
2)
Observasi: hasil observasi.
h.
Teknik
Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap
kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK, dianalisis secara deskriptif
dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran.Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh, sebagai
berikut.
1.
Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata
ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan
rendah.
2.
Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat
keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi,
sedang, dan rendah.
3.
Implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R dengan menganalisis tingkat
keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil,
dan tidak berhasil.
i.
Prosedur
Penelitian
1. Siklus I
Siklus I dalam PTK ini terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut.
1) Perencanaan (Planning)
(1)
Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk
mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa berdasarkan langkah-langkah
strategi elaborasi model PQ4R.
(2)
Membuat rencana pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(3)
Membuat lembar kerja siswa.
(4)
Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus I.
(5)
Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan (Acting)
(1)
Membagi siswa dalam delapan kelompok.
(2)
Menyajikan materi pelajaran.
(3)
Diberikan materi diskusi.
(4)
Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok.
(5)
Salah satu dari kelompok diskusi mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
(6)
Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
(7)
Siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan.
(8)
Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
(9)
Melakukan pengamatan atau observasi.
3) Pengamatan (Observing)
(1)
Situasi kegiatan belajar mengajar.
(2)
Keaktifan siswa.
(3)
Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.
4) Refleksi (Reflecting)
Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan
berhasil apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
(1)
Sebagian besar (75% dari siswa) berani dan mampu
menjawab pertanyaan dari guru.
(2)
Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan
mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
(3)
Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu untuk
bertanya tentang materi pelajaran pada hari itu.
(4)
Lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan
tugas kelompoknya.
(5)
Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang
disediakan.
2. Siklus II
Seperti halnya siklus I, siklus II pun terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1) Perencanaan (Planning)
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran
untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. Selain itu, menyusun
instrumen yang digunakan dalam siklus II.
2) Pelaksanaan (Acting)
Guru melaksanakan pembelajaran membaca
cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R sesuai
dengan rencana yang telah disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I.
3) Pengamatan (Observing)
Tim peneliti (guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap
aktivitas pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi
elaborasi model PQ4R.
4) Refleksi (Reflecting)
Tim peneliti melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan siklus II dan menyusun rencana (replanning) untuk siklus III.
3. Siklus III
Siklus III merupakan putaran ketiga
dari pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi
elaborasi model PQ4R, yang menempuh tahapan sama dengan siklus I dan siklus II,
yakni sebagai berikut.
1) Perencanaan (Planning)
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran membaca
cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Selain
itu juga membuat instrumen yang digunakan pada siklus 3.
2) Pelaksanaan (Acting)
Guru melaksanakanpembelajaran membaca
cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Rsesuai
dengan rencana pembelajaran hasil refleksi siklus 2.
3) Pengamatan (Observing)
Tim peneliti (guru dan kolabolator)
melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam membaca cerita
anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
4) Refleksi (Reflecting)
Tim
peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 3 dan menganalisis hasilnya
untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran membaca cerita anak
berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
G. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi hasil penelitian tindakan
kelas dalam membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi
model PQ4Rdiuraikan dalam tahapan-tahapan setiap siklus PTK.Adapun deskripsi
hasil penelitian tersebut, sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Siklus I
Siklus I terdiri atas empat tahap, yakni
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replanning, seperti berikut ini.
1) Perencanaan (Planning)
Pada
tahap perencanaan (planning) tindakan
siklus 1, menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
(1)
Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk
mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui langkah-langkah
strategi elaborasi model PQ4R.
(2)
Membuat rencana membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah
strategi elaborasi model PQ4R.
(3)
Membuat lembar kerja siswa.
(4)
Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
(5)
Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus I, pelaksanaan
tindakan belum sesuai dengan rencana.Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan
berikut.
(1)
Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar
berkelompok.
(2)
Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah strategi
elaborasi model PQ4R secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas
dilakukan upaya sebagai berikut.
(1)
Guru, secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai
kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam
kelompok.
(2)
Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah
strategi elaborasi model PQ4R.
Pada akhir siklus I dari hasil
pengamatan guru dan kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai
berikut.
(1)
Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
(2)
Siswa mulai terbiasa dengan membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(3)
Siswa mampu menyimpulkan bahwamembaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R, memiliki langkah-langkah
tertentu.
3) Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil
observasi dan evaluasi pada siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut.
(1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus
I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1Perolehan Skor
Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
11
|
16
|
69
|
|
Hasanudin
|
12
|
16
|
75
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
10
|
16
|
63
|
|
Cut Nyak Dien
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
10
|
16
|
63
|
|
Kartini
|
11
|
16
|
69
|
|
Dewi Sartika
|
12
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
69
|
|
(2)
Hasil observasi siklus I tentang aktivitas guru dalam
PBM
Hasil observasi aktivitas guru dalam
kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan
skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena
lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada
siswa bagaimana melakukan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah
strategi elaborasi model PQ4R.
(3)
Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM,
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang.Dari
skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus I
4) Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang
terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
(1)
Guru belum terbiasa menciptakan suasana membaca cerita
anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Hal ini
diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai
61,36%.
(2)
Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar
berdasarkan langkah-langkah membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah
strategi elaborasi model PQ4R. Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar.
Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM
hanya mencapai 69%.
(3)
Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
(4)
Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas
dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut
kurang serius dalam belajar.
(5)
Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam
mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada
pelaksanaan siklus II dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
2. Siklus II
Seperti pada siklus I, siklus II
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning. Lebih jelasnya mengenai hal
itu, sebagai berikut.
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus II didasarkan pada replanning siklus I, yakni sebagai berikut.
(1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
(2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
(3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4)
Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah
dipahami oleh siswa.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari
refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
(1)
Suasana sudah mengarah pada proses pembelajaran membaca
cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Tugas
yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik
mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling
membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya
jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
(2)
Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya
dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
(3)
Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
sudah mulai tercipta.
3) Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
(1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus
II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada
Siklus II
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
12
|
16
|
75
|
|
Hasanudin
|
13
|
16
|
81
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
11
|
16
|
69
|
|
Cut Nyak Dien
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
11
|
16
|
69
|
|
Kartini
|
12
|
16
|
75
|
|
Dewi Sartika
|
13
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
74
|
|
Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus II
(2)
Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus II
tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I. Dari skor
ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
(3)
Hasil evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran pada siklus II juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal
100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
(4)
Hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan
yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4) Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan yang diperoleh
selama siklus II ini, sebagai berikut.
(1)
Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah
mengarah ke langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Siswa mampu
membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru.
Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam
melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa
meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
(2)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita
anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Rdidukung oleh
meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana
pembelajaran membaca cerita anak yang mengarah pada langkah-langkah strategi
elaborasi model PQ4R. Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami
kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru
dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
(3)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan
evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus I meningkat
menjadi 7,00 pada siklus II.
(4)
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus
II menjadi 6,53.
3. Siklus III
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus III berdasarkan replanning siklus II, yaitu sebagai berikut.
(1)
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif
lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
(2)
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami
kesulitan.
(3)
Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4)
Membuat perangkat pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Ryang lebih baik lagi agar makin
mudah dipahami oleh siswa.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan
tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari
refleksi siklus II. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
(1)
Suasana pembelajaran membaca cerita anak sudah lebih
mengarah pada langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Tugas yang
diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu
dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling
membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya
jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias
mengikuti PBM.
(2)
Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya
dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
(3)
Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
sudah lebih tercipta.
3) Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil observasi selama siklus III
dapat dilihat seperti pada uraian berikut.
(1)
Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM menulis karya
tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumberpada siklus 3 tertuang pada
tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III
Kelompok
|
Skor Perolehan
|
Skor Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
14
|
16
|
88
|
|
Hasanudin
|
14
|
16
|
88
|
|
Imam Bonjol
|
15
|
16
|
94
|
Tertinggi
|
Patimura
|
13
|
16
|
81
|
|
Cut Nyak Dien
|
12
|
16
|
75
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
13
|
16
|
81
|
|
Kartini
|
14
|
16
|
88
|
|
Dewi Sartika
|
14
|
16
|
88
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
85
|
|
Grafik
3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam
PBM Siklus III
(2)
Hasil observasi siklus III pada aktivitas guru dalam
PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini
berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
(3)
Hasil evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi
elaborasi model PQ4Rmemiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal
ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
(4)
Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang
cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada
siklus II 6,53.
4) Refleksi (Reflecting)
Adapun keberhasilan yang diperoleh
selama siklus 3, sebagai berikut.
(1)
Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah
mengarah ke langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Siswa mampu membangun kerja sama dalam
kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi
85% pada siklus III.
(2)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita
anak dengan menggunakan berbagai sumberdidukung oleh meningkatnya aktivitas
guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca cerita
anak yang mengarah ke langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Guru secara
intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM
dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80%
pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.
(3)
Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan
evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai
materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II
meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
(4)
Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48
(ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33
(ulangan harian siklus III).
H. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Setelah membahas hasil penelitian
tindakan kelas dalam pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah
strategi elaborasi model PQ4R, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab
pokok masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.
62
|
2.
Penggunaan strategi elaborasi model PQ4R, terbukti
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca
cerita anak. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya
pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan
materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan
tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada
saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar
masing-masing siswa setelah menempuh proses aktivitas belajar secara terlatih
ini, meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa
terjadi peningkatan aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi
74% pada siklus II, dan 85% pada siklus
III. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan ada peningkatan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I
mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus III. Melalui
langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R siswa membangun sendiri
pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu
materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.
b. Saran
Telah terbuktinya strategi elaborasi model
PQ4R dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca
cerita anak, maka diajukan saran-saran sebagai berikut.
1.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan
menjadikan strategi ini sebagai suatu alternatif guna mencapai tujuan pembelajaran
membaca cerita anak, yaitu siswa aktif dalam belajar dan berhasil mencapai
hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan yang sudah ditempuh, baik dalam
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan tindak lanjut, akan menjadi lebih
baik apabila direnungkan secara bijak agar diperoleh proses setiap tahapan yang
akurat.
2.
Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi
guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara
berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang sama, maupun yang lain
di dalam atau di luar mata pelajaran ini.
I.
Daftar Pustaka
Amin, dkk.1986. Pengajaran
Membaca dan Pengelolaan KBM di Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992/1993.Bahasa Indonesia III. Jakarta. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP.2006. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003.Kegiatan
Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Husein, Umar. 2003. Metodologi
Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harjasujana, Ahmad Slamet. 1983. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Geger Sunten.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Badnung: Rosda.
Natsir, Idris. 2003. Strategi
Pengelolaan KBM. Jakarta: Raja Grafindo.
Nurhadi .1989.Membaca
Cepat dan Efektif.Malang : IKIP Malang.
Puspowarsito. 2008. Metode
Penelitian Ilmiah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Press.
Sanjaya, Wina. 2009. Desain Pembelajaran. Bandung : Prenada.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia, 2002.Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta. Depdiknas.
Tarigan, H.G. 2008.Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yamin, Martinis. 2009. Desain
Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Putra Grafika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar