Kamis, 17 Oktober 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 4 KARANGBENDA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ELABORASI MODEL PQ4R



A.    Judul
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR                                       SISWA KELAS V SD NEGERI 4 KARANGBENDA                                                   DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA ANAK                          MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ELABORASI MODEL PQ4R
B.     Nama Penulis
YUYUM HARYANI, S.Pd
C.    Abstrak dan Kata Kunci
Kata Kunci: Mata Pelajaran Matematika, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Abstrak
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran Matematika tentang membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah yang telah dilakukan guru dan siswa kelas V SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis.Kesenjangan dimaksud, yakni aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh penggunaan pendekatan yang kurang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan model pembelajaran kooperatif . Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika?, dan (2) apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika? Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran mata pelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2009/2010.Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.


D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Kemampuan membaca bagi siswa, sangatlah penting. Dengan membaca, siswa akan memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Siswa yang berkemampuan membaca, akan mampu menjawab setiap persoalan terkait dengan berbagai mata pelajaran pokok di sekolah. Bahkan, dengan berbekal kemampuan ini, siswa pun akan mampu hidup bersosial dengan baik di masyarakat. Berbeda dengan siswa yang kurang memiliki kemampuan ini, setiap menghadapi persoalan biasanya menghindar dan bahkan ada kecenderungan sering menutup diri, baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Dengan mengetahui situasi di atas, setiap guru di sekolah berkewajiban untuk selalu mengingatkan para siswanya agar memiliki kebiasaan membaca yang baik. Selain itu, guru pun harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca mereka melalui berbagai upaya strategis, termasuk di dalamnya memberi contoh cara membaca yang efektif, selalu mengelola pembelajaran yang di dalamnya terdapat pembagian waktu untuk membaca bagi siswa, dan upaya lainnya, seperti memanfaatkan perpustakaan sekolah dan memberi tugas untuk membaca di rumah. Melalui upaya tersebut, cepat atau lambat akan membentuk kebiasaan siswa untuk selalu membaca dengan baik.
Selain itu, siswa pun harus sadar terhadap tuntutan ini. Tanpa adanya kesadaran dari siswa untuk membaca, kiranya upaya guru akan sia-sia. Sadar akan hal itu sangat penting, luangkanlah waktu untuk membaca. Bacalah sesuatu yang baik dan menguntungkan, seperti membaca berbagai buku di perpustakaan, membaca majalah pendidikan, membaca surat kabar dan yang sejenisnya. Jika hal ini dapat dilakukan siswa dengan sebaik-baiknya, niscaya akan diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait dengan tujuan membacanya.
Sudah sejauh mana upaya di atas dapat dilakukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda,kiranya untuk mengetahui hal ini sedikit banyaknya diperoleh gambaran dari hasil evaluasi pembelajaran membaca cerita anak. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, 23 orang siswa (69,70%) dinyatakan kurang mampu menentukan karakter tokoh dengan bukti yang meyakinkan. Selain itu, mereka pun kurang mampu menentukan latar novel dengan bukti yang faktual dan kurang mampu menganalisis keterkaitan antarunsur intrinsik dalam novel tersebut.Sementara itu, siswa yang lainnya dinyatakan cukup mampu setiap tuntutan tersebut.Kondisi seperti ini, sangat mungkin terjadi pula dalam pembelajaran membaca yang lain, baik pada siswa di kelas ini maupun siswa di kelas V lainnya.
Kekurangberhasilan sebagian siswa di kelas itu dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran membaca tersebut, tidak lepas dari upaya yang dilakukan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.Sehubungan dengan hal ini Yamin (2009: 72) dan Sanjaya (2009: 51) mengemukakan bahwa “Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sangat ditentukan oleh upaya guru dan siswa terkait. Apabila satu sama lain saling berupaya dengan baik, niscaya akan mencapai suatu keberhasilan yang diinginkan”. Di antara upaya guru tersebut terdapat penggunaan strategi yang akan memengaruhi setiap gerak langkahnya ketika mengelola proses pembelajaran bagi siswa. Menurut Sanjaya (2009: 53) “Apabila proses pembelajaran yang dikelola guru bermakna bagi seluruh siswa, kemungkinan yang akan terjadi bukan hanya mereka akan belajar memenuhi setiap tuntutan, tetapi juga mereka akan sampai pada tujuan yang diinginkan”. Sepertinya, kondisi yang dianjurkan oleh ahli tersebut tidak terjadi dalam pengelolaan proses pembelajaran membaca memamahi buku novel remaja asli yang telah diselenggarakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda.Sebab itulah yang telah memberikan dampak kurang baik terhadap proses belajar siswa, yang akibatnya bagi sebagian besar siswa di kelas ini kurang mampu memenuhi setiap tuntutan tersebut.
Untuk membuktikan kebenaran adanya dugaan masalah di atas, perlu dilakukan suatu penelitian dan solusi yang tepat guna mengatasinya. Atas dasar itu yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan mengupayakan solusinya dengan menggunakan strategi elaborasi model PQ4R. PQ4R (singkatan dari Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari Read, Reflect, Recite, dan Review (membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh).Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu peserta didik menghafal informasi bacaan”.Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) mengemukakan,
Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian, sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian.Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.PQ4R adalah strategi yang digunakan untuk membantu peserta didik mengingat apa yang mereka baca.   
        Dari pendapat ahli di atas diperoleh suatu gambaran pengelolaan proses pembelajaran membaca cerita anak yang disajikan dengan menggunakan strategi elaborasi model PQ4R. Melalui penggunaan strategi ini, diharapkan proses belajar siswa akan lebih bermakna dan memberi dampak perubahan pada kemampuannya dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran. Bertolak dari persoalan inilah alasan penulis mengadakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada “Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda dalam Pembelajaran Membaca Cerita Anak Melalui Penggunaan Strategi Elaborasi Model PQ4R”.

b.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang menunjukkan adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan dalam pembelajaranmembaca cerita anakyang telah diselenggarakan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda.Permasalahan dimaksud dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.      Aktivitas belajar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda dalammengikuti pembelajaran membaca cerita anak terkesan kurang bermakna, dan ini telah menyebabkan sulitnya pemahaman siswa terhadap materi ajar yang digunakan sebagai media untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.      Kemampuan sebagian besar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda setelah mengikuti pembelajaran membaca cerita anak, kurang mencapai harapan.
c.       Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas  ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Bagaimana langkah-langkah menerapkan strategi elaborasi model PQ4R agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbendadalam mengikuti pembelajaran membaca cerita anak?
2.      Apakah penggunaan strategi elaborasi model PQ4R dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda dalam pembelajaran membaca cerita anak?


d.      Cara Pemecahan Masalah
Pada uraian latar belakang masalah di atas, telah disebutkan bahwa untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbendaguna mencapai tujuan yang diharapkan dalam membaca cerita anak digunakan strategi elaborasi model PQ4R.
e.       Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan prosedur berikut: (1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan (observing), dan (4) merefleksi proses dan hasil tindakan (reflecting). Melalui tiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Dengan diterapkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda dalam pembelajaran membaca cerita anak”.

E.     LANDASAN TEORETIS

a.      Membaca
a)      Hakikat Membaca
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Karena dengan membaca seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan orang tersebut mampu memperluas daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri.Menurut Amin (1996: 26) “Membaca merupakan salah satu kunci utama untuk memasuki istana ilmu, berperan sebagai landasan yang mantap serta kegiatan yang menyajikan sumber-sumber bahan yang tak pernah kering bagi berbagai aktivitas ekpresif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari”.
Pembelajaran membaca memang mempunyai peranan penting sebab melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kualitas anak didik.(Akhadiah, 1992:29).Membaca bukanlah sekedar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan rangkaian kata-kata atau kalimat yang dilafalkan tersebut dipahami atau tidak, melainkan lebih dari itu.Tingkatan membaca seperti itu tergolong jenis membaca permulaan.
         Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri atas dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek, seperti dikemukakan Nurhadi (1989: 84), yang meliputi:
1.      aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis;
2.      aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpresentasikan apa yang dilihat sebagai simbol;
3.      aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada;
4.      aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari;
5.      aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.
b)     Pengertian Membaca
Membaca adalah usaha memahami bacaan sebaik-baiknya; jika teks yang dilafalkan maka pembelajarannya jelas dan fasih, tepat informasi dan penjedaannya, sehingga komunikatif dengan pendengar, dan juga ditandai oleh suatu pemahaman teks (Amin, 1996:2). Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya di hati (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002:18). Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami dan memikirkan.Menurut Barker dan Ekskarpit (dalam Nurhadi, 1989: 55)“Membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Setelah proses yang bersifat mekanis tersebut berlangsung, maka nalar dan intuisi kita bekerja pula, berupa proses pemahaman dan penghayatan. Dengan penghayatan, pembaca berarti telah pula merasakan nuansa naskah sehingga bisa pula melangsungkan perenungan.Sementara itu Tarigan (2008: 7) mengemukakan bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”. Menurut Harjasujana (1985:3) “Membaca merupakan kegiatan yang merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat”.
Semua pengertian di atas benar, hanya masalahnya dari sudut manakah kita memandang dan dalam konteks apa. Membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang tertulis dan pelafalan kata tanpa harus memahami naskah dinamakan membaca permulaan.Membaca yang sudah berusaha untuk memahami bacaan dinamakan membaca lanjut (Tim Penyusun Kamus Pusat Indonesia, 2002:8).Jadi muara akhir kegiatan membaca adalah memahami ide atau gagasan yang terkuat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan.Dengan demikian pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur.Selain fakta penangkapan dan pemahaman, membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan.Idealnya, kita bisa membaca dalam waktu yang singkat untuk bahan relatif banyak, dengan tingkat pemahaman yang tinggi dan selaras dengan maksud penulis.Aktivitas membaca membutuhkan pula kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas.Faktor-faktor yang mendasar tadi tidak bersifat statis melainkan mekanisyang harus semakin bertambah.
c)    Jenis-jenis Membaca yang Dikembangkan di Dunia Pendidikan
Berdasarkan jenis-jenisnya, membaca yang perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan, dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Membaca Intensif
        Menurut Amin (1996: 27) “Membaca intensif menitikberatkan pada persoalan pemahaman yang mendalam, pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai ide penjelas. Pada umumnya menggunakan objek kajian karya-karya ilmiah seperti buku pelajaran, hasil analisis, dsb.,”.
2.      Membaca Kritis
Membaca krirtis merupakan tahapan lebih jauh dari pada membaca intensif, dan dianggap sebagai kegiatan membaca yang bertataran lebih tinggi. Hal ini karena ide-ide buku yang telah dipahami secara baik dan detail perlu respons (ditanggapi/dikomentari), bahkan dianalisis. Membaca kritis mensyaratkan pembacanya bersikap cermat, teliti, korektif, bisa menemukan kesalahan dan kejanggalan dalam teks, baik dilihat dari sudut isi maupun bahasanya, serta mampu pula membetulkan kesalahan-kesalahan itu. Membaca kritis sangat dibutuhkan sebagian landasan dan untuk kepentingan penulisan resensi buku, kritik sastra, analisis bacaan ilmiah dan sastra serta pembuatan makalah banding. Objek kajian membaca kritis tidak terbatas pada karya-karya ilmiah saja, buku-buku sastrapun dapat digunakannya. Pembaca kritis diminta menegakkan sikap objektif dan sportivitas serta cukup punya keterbukaan dan kedinamisan (Amin, 1996 : 27 ).
3.      Membaca Cepat
Membaca cepat penting kita kuasai berkenaan dengan perolehan informasi-informasi keseharian.Membaca cepat dilaksanakan secara zig-zag atau ertical, punya prinsip melaju keras.Membaca cepat hanya mementingkan kata-kata kunci atau hal-hal yang penting saja, ditempuh dengan jalan melompat kata-kata dan ide penjelas.
4.      Membaca Apresiatif dan Membaca Estetis
Dua kegiatan membaca ini agak bersifat khusus, karena berhubungan dengan nilai-nilai efektif dan faktor intensis/perasaan.Objek kajiannya terutama hanya sastra serta bacaan-bacaan lain yang ditukis dengan bahasa yang indah.Tujuannya adalah pembinaan sikap apresiatif, suatu penghayatan dan penghargaan terhadap nilai-nilai kaindahan dan nilai-nilai kejiwaan (spiritual).Faktor pemahaman makna teks juga tidak boleh diabaikan sebab hakikat membaca memanglah memahami maksud yang terkandung dalam naskah.Membaca apresiatif dilakukan karena disadari bahwa buku-buku agama filsafat, buku-buku pendidikan dan psikologi, sungguh perlu didekati dengan sikap apresiatif, sikap penuh kecintaan dan penghayatan.Khusus membaca estetis, perlu disesuaikan dengan pelafalan yang jelas dan fasih, serta berirama tertentu. Yang penting, naskah atau karya sastra yang dibaca itu terasa lebih hidup serta mampu menyentuh batin dan rasa haru pembaca ( Amin,1996 : 28 ).
d)     Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Membaca
1.      Tujuan Membaca
Tujuan membaca secara umum yaitu mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara lancar atau bersuara beberapa kalimat sederhana dan membaca puisi (Depdiknas ; 2004 : 15 ). Tujuan membaca, yaitu mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau tidak langsung.Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata sendiri.Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat gagasan-gagasan utama ( Depdiknas, 2004 : 18).
Jadi tujuan akhir membaca intinya adalah memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam bacaan secara utuh, baik dalam bentuk teks bebas, narasi, prosa ataupun puisi yang disimpulkan dalam suatu karya tulis ataupun tidak tertulis. 
2.      Fungsi Membaca
Kegiatan membaca yang merupakan jantungnya pendidikan memiliki fungsi sebagvcai berikut.
1)      Fungsi Intelektual
Dengan banyak membaca seseorang dapat meningkatkan kadar intelektualitas dan membina daya nalar. Contoh: membaca buku-buku pelajaran, karya-karya ilmiah, laporan penelitian, majalah, surat kabar, dan sejenisnya (Amin, 1996:4).
2)      Fungsi Pemacu Kreativitas
Hasil membaca dapat mendorong, menggerakkan diri pembaca untuk berkarya, didukung oleh keluasan wawasan dan pemilihan kosa kata.Contoh : buku ilmiah, bacaan sastra, dan sejenisnya (Amin, 1996:5).
3)      Fungsi Praktis
Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misal: teknik memotret, teknik memelihara ikan lele, resep membuat minuman dan makanan, cara merawat tanaman, dan sejenisnya (Amin, 1996:5).
4)      Fungsi Religius
Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri kepada Tuhan (Amin, 1996:6).
5)      Fungsi Informatif
Dengan banyak membaca bacaan, informasi lebih cepat kita dapatkan. Contoh: dengan membaca majalah dan Koran dapat kita peroleh berbagai informasi yang sangat penting atau kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari (Amin, 1996:6).
6)      Fungsi Rekreatif
Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contoh: bacaan-bacaan ringan, novel-novel, cerita humor, dan yang lainnya (Amin, 1996:6).
7)      Fungsi Sosial
Kegiatan membaca mempunyai fungsi social yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat dan berpikir. Contoh: pembacaan berita, karya sastra, pengumuman, dan sebagainya (Amin, 1996:7).
8)      Fungsi Pembunuh Sepi
Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contoh: membaca majalah, surat kabar, dan sebagainya (Amin, 1996:8).
3.   Manfaat Membaca
Selain fungsi tersebut diatas, kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, seperti dijelaskan berikut.
1)      Memperoleh Banyak Pengalaman Hidup
Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan.Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan sebagainya yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
2)      Mempertinggi Potensialitas Pribadi dan Memantapkan Desistensi
Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca.Emerson, seorang filosof kenamaan yang mengharapkan setiap orang (termasuk pelajar) dapat membiasakan diri sebagai pembaca yang baik.Dengan kebiasaan itu seseorang dapat menimba berbagai pengalaman dan pengetahuan, moral, peradaban, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat sampai pada tingkat perkembangannya yang sekarang ini merupakan akibat langsung dari pembacaan buku-buku besar.
Hal di atas dipertegas lagi oleh Lin Yut'ang seorang filosof terkenal Cina yang menyatakan bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan membaca yang baik akan terpenjara dalam dunianya, baik dalam segi waktu dan ruang. Hal ini berarti ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang terjadi pada lingkungan dekatnya dan hanya berhubungan dengan orang-orang tertentu saja. Dengan demikian semakin aktif seseorang membaca maka akan semakin tinggi pengetahuan yang didapatkan, tidak terpenjara dalam dunianya.

e)      Tuntutan dalam Pembelajaran Membaca Cerita Anak
         Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas VSD untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada semester II terdapat suatu tuntutan yang harus dipenuhi siswa, yaitu mampu menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat (BSNP, 2006:20).
Untuk mampu memenuhi ketiga tuntutan di atas, setiap siswa harus membaca kritis, agar dapat menemukan setiap tuntutan tersebut dengan benar.Hal ini sangat mungkin dapat dipenuhi oleh setiap siswa, tentunya dengan catatan penuh keseriusan pada saat membacanya.Selain itu, persiapkan catatan kecil untuk merekomendasikan fakta yang mendukung, agar setiap indikator yang dipenuhi dapat disertai bukti yang benar.
b.      Strategi Elaborasi Model PQ4R
a)      Pengertian Strategi Elaborasi Model PQ4R
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna”. Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) mengemukakan bahwa,
Dengan strategi elaborasi pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian.Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.
Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara informasi yang dimiliki sebelumnya dengan informasi baru yang diperoleh melalui proses mencatat. Dengan mencatat peserta didik dapat menuangkan ide baru dari perpaduan kedua informasi itu. Sedangkan analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara cirri pokok benda atau ide. PQ4R adalah singkatan dari Preview (membacaselintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari Read, Reflect, Recite, dan Review (membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh).Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 12) “Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu peserta didik menghafal informasi bacaan”.
b)     Langkah-langkah Strategi Elaborasi Model PQ4R
Agar diperoleh suatu skenario yang jelas mengenai langkah-langkah pembelajaran membaca yang disajikan dengan menggunakan strategi elaborasi model PQ4R, berikut ini akan disertakan ilustrasi yang diberikan Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 15), seperti diuraikan dalam tiga tahapan di bawah ini.
1.      Tahap prabaca, diisi oleh kegiatan:
1.      guru menyeleksi dan menetapkan bahan bacaan yang relevan dengan tujuan;
2.      guru berusaha memahamkan siswa terhadap langkah-langkah belajar membaca berdasarkan strategi elaborasi model PQ4R;
3.      guru memotivasi siswa dengan manfaat yang akan diperoleh setelah mengikuti pembelajaran membaca berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R;   
4.      guru mengevaluasi kemampuan awal siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran membaca melalui tes tulis yang sudah direncanakan.
2.      Tahap saat baca, diisi oleh kegiatan:
1)      siswa membaca selintas dengan cepat (preview) mengenai teks bacaan;
2)      siswa mengajukan pertanyaan (question) terkait dengan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil membaca selintas;
3)      siswa membaca dengan teliti (read) bacaan yang sudah dibacanya secara selintas;
4)      siswa merefleksi (reflect) hasil membacanya dengan mengacu pada pencapaian tujuan;
5)      siswa menanyakan pada diri sendiri (recite) terkait dengan tuntutan yang harus dipenuhinya setelah pembelajaran;
6)      siswa mengulangi membaca secara menyeluruh (review) teks bacaan yang sudah lebih dulu dibacanya untuk mendapatkan sesuatu terkait dengan tujuan pembelajaran.
3.      Tahap pasca baca, diisi oleh kegiatan:
1)      guru memberi tindak lanjut untuk lebih memahamkan siswa sehubungan dengan tuntutan pembelajaran;
2)      guru mengevaluasi kemampuan membaca siswa, sesuai dengan teknik yang telah ditentukan;
3)      guru dan siswa menutup kegiatan dengan mengambil simpulan untuk dijadikan bahan catatan ke depan saat memenuhi tuntutan yang sama.
c)      Keunggulan dan Kelemahan Strategi Elaborasi Model PQ4R Serta Upaya Mengatasinya
Setiap strategi dapat dipastikan memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, seperti halnya strategi elaborasi model PQ4R. Keunggulan yang dimiliki strategi ini, antara lain:
1.      lebih memusatkan perhatian pada proses dan produk hasil baca siswa;
2.      siswa mengalami sendiri proses uji baca untuk menghasilkan suatu pemahaman guna menjawab pertanyaan terkait dengan isi bacaan;
3.      membantu tumbuh kembangnya kemampuan membaca siswa;
4.      hasil uji baca siswa akan sinkron dengan tujuan pembelajaran.
        Sedangkan kelemahan dari strategi ini, antara lain:
1.      tidak setiap siswa mendapat kesempatan yang baik untuk membaca karena terbatas waktu;
2.    antarsiswa tidak terjadi saling belajar karena masing-masing dihadapkan dengan yang sama;
3.    membutuhkan bahan yang tidak sedikit tetapi harus seragam yang belum tentu tersedia.
Upaya untuk mengatasi kelemahan strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 17), yakni “Perpanjang waktu pembelajaran, agar setiap siswa dapat menempuh proses yang telah ditentukan.Bentuk kelompok belajar yang beranggotakan 2 sampai 3 orang, agar antarsiswa dapat saling belajar.Selain itu, upaya ini pun ditujukan untuk mengefektifkan bahan bacaan yang tersedia”.











F.     Metodologi Penelitian

a.      Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK.Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.      Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Karangbenda untuk mata pelajaran bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar membaca cerita anak. Adapun yang menjadi subjeknya, yaitu siswa kelas Vpada tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 39 orang siswa yang terdiri atas 19 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan, khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia dalam kompetensi dasar membaca cerita anak.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2010/2011, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2010. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.
3.      Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan dalam tiga siklus, yakni untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
c.       Persiapan PTK
Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yangakan digunakansaat memberi perlakuan, di antaranya menyusun rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK. Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Pengamatan Diskusi; (3) Lembar Evaluasi. Dalam persiapan juga akan disusun daftar nama kelompok diskusi yang dibuat secara hetrogen.
d.      Subjek Penelitian
         Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa yang menjadi subjek dalam PTK ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 4 Karangbenda, Tahun Pelajaran 2010/2011, yang terdiri atas 19orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.

e.       Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.Lebih jelasnya, sebagai berikut.
1.      Siswa
Untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan hasil belajar dalam proses belajar mengajar.
2.    Guru
Untuk melihat keberhasilan tingkat implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
3.    Teman Sejawat dan Kolabolator
Teman sejawat dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
f.       Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini, antara lain: tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1)      Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2)      Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
3)      Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
4)      Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolabolator digunakan untuk merefleksi hasil siklus PTK.

2.    Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
g.      Indikator Kinerja
     Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kenerjanya selain siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.
1.      Siswa
1)      Tes: rata-rata nilai ulangan harian.
2)      Observasi: keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan.
2.      Guru
1)      Dokumentasi: kehadiran siswa.
2)      Observasi: hasil observasi.
h.      Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh, sebagai berikut.
1.      Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.      Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.      Implementasi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R dengan menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
i.        Prosedur Penelitian
1.      Siklus I
Siklus I dalam PTK ini terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut.
1)      Perencanaan (Planning)
(1)   Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(2)   Membuat rencana pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(3)   Membuat lembar kerja siswa.
(4)   Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus I.
(5)   Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2)      Pelaksanaan (Acting)
(1)   Membagi siswa dalam delapan kelompok.
(2)   Menyajikan materi pelajaran.
(3)   Diberikan materi diskusi.
(4)   Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok.
(5)   Salah satu dari kelompok diskusi mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
(6)   Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
(7)   Siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan.
(8)   Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
(9)   Melakukan pengamatan atau observasi.
3)      Pengamatan (Observing)
(1)   Situasi kegiatan belajar mengajar.
(2)   Keaktifan siswa.
(3)   Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.
4)      Refleksi (Reflecting)
Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
(1)   Sebagian besar (75% dari siswa) berani dan mampu menjawab pertanyaan dari guru.
(2)   Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
(3)   Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu untuk bertanya tentang materi pelajaran pada hari itu.
(4)   Lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
(5)   Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.
   2. Siklus II
        Seperti halnya siklus I, siklus II pun terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1)      Perencanaan (Planning)
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. Selain itu, menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus II.
2)      Pelaksanaan (Acting)
Guru melaksanakan pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R sesuai dengan rencana yang telah disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I.
3)      Pengamatan (Observing)
     Tim peneliti (guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
4)      Refleksi (Reflecting)
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dan menyusun rencana (replanning) untuk siklus III.
3.    Siklus III
Siklus III merupakan putaran ketiga dari pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R, yang menempuh tahapan sama dengan siklus I dan siklus II, yakni sebagai berikut.
1)      Perencanaan (Planning)
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Selain itu juga membuat instrumen yang digunakan pada siklus 3.
2)      Pelaksanaan (Acting)
Guru melaksanakanpembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Rsesuai dengan rencana pembelajaran hasil refleksi siklus 2.

3)   Pengamatan (Observing)
Tim peneliti (guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
4)   Refleksi (Reflecting)
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 3 dan menganalisis hasilnya untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran membaca cerita anak berdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas dalam membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Rdiuraikan dalam tahapan-tahapan setiap siklus PTK.Adapun deskripsi hasil penelitian tersebut, sebagaimana diuraikan berikut ini.
1.      Siklus I
Siklus I terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replanning, seperti berikut ini.
1)      Perencanaan (Planning)
          Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus 1, menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
(1)   Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(2)   Membuat rencana membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(3)   Membuat lembar kerja siswa.
(4)   Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
(5)   Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2)      Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus I, pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana.Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
(1)   Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok.
(2)   Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.
(1)   Guru, secara intensif memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
(2)   Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
Pada akhir siklus I dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1)   Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
(2)   Siswa mulai terbiasa dengan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(3)   Siswa mampu menyimpulkan bahwamembaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R, memiliki langkah-langkah tertentu.

3)      Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pada siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut.
(1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
11
16
69

Hasanudin
12
16
75

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
10
16
63

Cut Nyak Dien
8
16
50
Terendah
Teuku Umar
10
16
63

Kartini
11
16
69

Dewi Sartika
12
16
75

Rerata
11
16
69


(2)   Hasil observasi siklus I tentang aktivitas guru dalam PBM
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.
(3)   Hasil evaluasi siklus I, kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang.Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
   Grafik 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus I
4)      Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
(1)   Guru belum terbiasa menciptakan suasana membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
(2)   Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
(3)   Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
(4)   Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
(5)   Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)      Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)      Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)      Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
2.    Siklus II
        Seperti pada siklus I, siklus II terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan replanning. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)      Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus II didasarkan pada replanning siklus I, yakni sebagai berikut.
(1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
(2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
(3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4)   Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

2)      Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan siklus II didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus I. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
(1)   Suasana sudah mengarah pada proses pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
(2)   Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
(3)   Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.

3)      Observasi dan Evaluasi (ObservingandEvaluation)
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus I. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
(1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
 Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
12
16
75

Hasanudin
13
16
81

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
11
16
69

Cut Nyak Dien
10
16
63
Terendah
Teuku Umar
11
16
69

Kartini
12
16
75

Dewi Sartika
13
16
75

Rerata
12
16
74



Grafik 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus II
(2)   Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus II tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus I. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
(3)   Hasil evaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran pada siklus II juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
(4)   Hasil ulangan harian siklus II mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4)      Refleksi dan Perencanaan Ulang (ReflectingandReplanning)
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus II ini, sebagai berikut.
(1)   Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah mengarah ke langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
(2)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Rdidukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca cerita anak yang mengarah pada langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
(3)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 6,20 pada siklus I meningkat menjadi 7,00 pada siklus II.
(4)   Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus II menjadi 6,53.

3.      Siklus III
1)      Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) pada siklus III berdasarkan replanning siklus II, yaitu sebagai berikut.
(1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
(2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
(3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
(4)   Membuat perangkat pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Ryang lebih baik lagi agar makin mudah dipahami oleh siswa.
2)      Pelaksanaan (Acting)
   Pelaksanaan tindakan siklus III didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus II. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
(1)   Suasana pembelajaran membaca cerita anak sudah lebih mengarah pada langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
(2)   Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
(3)   Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.

3)      Observasi dan Evaluasi (Observing and Evaluation)
Hasil observasi selama siklus III dapat dilihat seperti pada uraian berikut.
(1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumberpada siklus 3 tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
14
16
88

Hasanudin
14
16
88

Imam Bonjol
15
16
94
Tertinggi
Patimura
13
16
81

Cut Nyak Dien
12
16
75
Terendah
Teuku Umar
13
16
81

Kartini
14
16
88

Dewi Sartika
14
16
88

Rerata
12
16
85


Grafik 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa
dalam PBM Siklus III
(2)   Hasil observasi siklus III pada aktivitas guru dalam PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
(3)   Hasil evaluasi siklus III penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Rmemiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
(4)   Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus I dan pada siklus II  6,53.
4)      Refleksi (Reflecting)
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 3, sebagai berikut.
(1)   Aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak sudah mengarah ke langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R.  Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus II menjadi 85% pada siklus III.
(2)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM membaca cerita anak dengan menggunakan berbagai sumberdidukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran membaca cerita anak yang mengarah ke langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R. Guru secara intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus II menjadi 91% pada siklus III.
(3)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus II meningkat menjadi 8,50 pada siklus III.
(4)   Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus I) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus II) dan 7,33 (ulangan harian siklus III).
H.    Kesimpulan dan Saran
a.      Kesimpulan
Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1.     
62
Penggunaan strategi elaborasi model PQ4R untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anakmenempuh tahapan berikut: (1) menyusun perencanaan membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R; (2) melaksanakan pembelajaran membaca cerita anakberdasarkan langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4Rsesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa berdasarkan observasi dan evaluasi. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan bertanya jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya strategi pembelajaran ini diterapkan dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
2.      Penggunaan strategi elaborasi model PQ4R, terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak. Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah menempuh proses aktivitas belajar secara terlatih ini, meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang pada siklus I hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus II,  dan 85% pada siklus III. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan ada peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus I mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus II dan 7,33 pada siklus III. Melalui langkah-langkah strategi elaborasi model PQ4R siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.



b.      Saran
Telah terbuktinya strategi elaborasi model PQ4R dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca cerita anak, maka diajukan saran-saran sebagai berikut.
1.      Dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan menjadikan strategi ini sebagai suatu alternatif guna mencapai tujuan pembelajaran membaca cerita anak, yaitu siswa aktif dalam belajar dan berhasil mencapai hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan yang sudah ditempuh, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan tindak lanjut, akan menjadi lebih baik apabila direnungkan secara bijak agar diperoleh proses setiap tahapan yang akurat.
2.      Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang sama, maupun yang lain di dalam atau di luar mata pelajaran ini.
I.       Daftar Pustaka

Amin, dkk.1986. Pengajaran Membaca dan Pengelolaan KBM di Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992/1993.Bahasa Indonesia III. Jakarta. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003.Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Husein, Umar. 2003. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harjasujana, Ahmad Slamet. 1983. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Geger Sunten.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Badnung: Rosda.
Natsir, Idris. 2003. Strategi Pengelolaan KBM. Jakarta: Raja Grafindo.
Nurhadi .1989.Membaca Cepat dan Efektif.Malang : IKIP Malang.
Puspowarsito. 2008. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Press.
Sanjaya, Wina. 2009. Desain Pembelajaran. Bandung : Prenada.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Depdiknas.
Tarigan, H.G. 2008.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Yamin, Martinis. 2009. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Putra Grafika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar