A.
Judul
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM
MENULIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEURISTIK PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 4 KARANGBENDA KECAMATAN PARIGI KABUPATEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2008/2009
B.
Nama
Penulis
YUYUM HARYANI, S.Pd
C.
Abstrak
dan Kata Kunci
Kata
Kunci: Menulis, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan
Strategi Pembelajaran Heuristik
Abstrak
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam
pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi
yang telah dilakukan guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan
Parigi, Kabupaten Ciamis. Kesenjangan dimaksud, yakni aktivitas dan hasil
belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal ini disebabkan
oleh penggunaan strategi yang kurang tepat.Untuk mengatasi masalah tersebut,
digunakan strategi pembelajaran heuristik. Adapun pokok masalah yang diajukan
dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan strategi
pembelajaran heuristik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman
pribadi?, dan (2) apakah penggunaan strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa
Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi? Prosedur yang akan ditempuh untuk
membuktikan tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian tersebut, dilaksanakan dalam dua siklus.Setiap siklusnya menempuh
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan
penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan strategi pembelajaran
heuristik dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis
pengalaman pribadi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas
IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran
2008/2009. Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan
guru, baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya
agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
D.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi
setiap tuntutan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, khusus pada
keterampilan menulis, sangatlah penting. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar
pertimbangan seruan ini, tentunya ditujukan kepada guru, antara lain: (1)
setiap siswa memiliki potensi tersendiri untuk melakukan berbagai kegiatan
kreatif secara aktif dan inovatif dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis;
(2) potensi yang berbeda antarsiswa, menuntut adanya upaya strategis, agar
berlangsung proses belajar yang menyenangkan, yang diharapkan hal ini akan
berdampak pada berkembangkannya kemampuan mereka dalam memenuhi setiap tuntutan
pembelajaran menulis; (3) setiap tuntutan dalam pembelajaran menulis
menghendaki kemampuan tertentu, yang satu sama lain memiliki tingkat kesulitan
berbeda, dan ini tentunya memerlukan upaya profesional, agar setiap siswa bisa
terlepas dari kesulitannya; dan (4) hasil pembelajaran menulis menunjukkan
sebagian besar siswa kurang mampu mencapai tujuan yang diinginkan.Kondisi
tersebut, terbukti dalam pembelajaran menulis berdasarkan pengalaman yang
paling menarik yang telah diselenggarakan guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4
Karangbenda, mayoritas siswa diketahui kurang mampu memenuhi tuntutan
pembelajaran ini, seperti: (1) mampu menuliskan pokok-pokok pengalaman pribadi
yang terjadi pada suatu hari; dan (2) mampu menulis pengalaman pribadi dengan
memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang ekspresif.
Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di
sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Siswa pada jenjang pendidikan ini, sedikit
banyaknya sudah memiliki kemampuan dasar yang diperolehnya melalui proses
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
tepatnya di BAB V mengenai Standar Kompetensi Lulusan, Pasal 25 Ayat (3)
dijelaskan bahwa “Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa (termasuk
Bahasa Indonesia) menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai
dengan jenjang pendidikan”. Penjelasan ini ditujukan kepada setiap guru yang
mengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP, agar mengelola pembelajaran
dengan menitikberatkan pada membaca dan menulis, tentunya dengan tata cara
penyajian yang bermakna bagi siswa.
Upaya menuju ke arah itu, telah dan sedang
diupayakan, termasuk oleh guru kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda.Tidak sedikit
dari upayanya itu, berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.Namun, upaya yang
kurang berhasil pun demikian banyak, seperti saat mengantarkan siswa kelas ini
ke tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Tujuan dimaksud, tertulis berikut, siswa “(1) mampu menuliskan pokok-pokok
pengalaman pribadi yang terjadi pada suatu hari; dan (2) mampu menulis
pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang
ekspresif” (BSNP, 2006: 30).
Kondisi tersebut, dapat diketahui dari hasil unjuk
kerja siswa kelas ini. Dari 28 orang siswa di kelas ini, yang dinyatakan cukup
mampu ada 6 orang siswa (17,64%). Sementara itu, selebihnya dari mereka, yakni
28 orang siswa (82,36%), dinyatakan kurang mampu. Apa yang menjadi faktor
penyebabnya, diduga kuat karena faktor strategi yang digunakan dalam
pembelajaran, kurang tepat. Menurut Asher (2010: 18), “Dampak dari penggunaan strategi
yang kurang tepat, bukan hanya proses belajar siswa saja yang akan menjadi
kurang bermakna tetapi juga hasil belajarnya pun kurang mencapai harapan”.
Sehubungan dengan arti dan pentingnya suatu strategi dalam pembelajaran,
dijelaskan Iskandarwassid dan Sunendar (2010: 40), seperti dikutip berikut.
Strategi adalah sebuah prosedur untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, strategi digunakan
untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran. Proses
itu tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari strategi yang
digunakan sebagai landasan. Adapun sifat sebuah strategi adalah prosedural.
Dari penjelasan ahli di atas, diperoleh gambaran bahwa suatu strategi yang
digunakan akan dalam pembelajaran akan berdampak sistemik, baik pada cara kerja
guru maupun siswa, dan bahkan pada hasil yang diinginkan sekali pun. Jika strategi
yang digunakan itu tepat, paling tidak proses dan hasil yang diinginkan akan
tercapai, meski tidak dalam waktu yang sudah ditentukan, karena proses tidak
berlangsung dalam satu kali melainkan secara berulang, hingga hasil yang
dicapai dinyatakan optimal. Demikian pun dalam proses pembelajaran menulis
pengalaman pribadi, kerangka pemikiran ini pun berlaku pula. Tidak ada satu pun
strategi yang sempurna, kecuali strategi yang memiliki keunggulan dan kelemahan
tertentu pasti adanya. Istilah strategi yang tepat, seperti dalam pernyataan di
atas merujuk pada konteks telah menyebabkan proses dan hasil mendekati harapan
yang diinginkan. Apabila ternyata hal itu tidak terjadi dalam pembelajaran
menulis pengalaman pribadi yang telah diselenggarakan guru mata pelajaran Bahasa
Indoensia dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kabupaten Ciamis, hal ini
berarti karena strategi yang digunakan kurang konteks dengan tuntutan. Itu
sebabnya, perlu dilakukan rekayasa ulang dengan menggunakan strategi yang
dipandak konteks dengan tuntutan.Salah satu dari strategi yang ada dan
dipandang lebih mengenai sasaran adalah strategi pembelajaran heuristik. Cara
kerja strategi ini akan memperbaiki kinerja guru dan siswa dari yang sebelumnya
kurang aktif menjadi aktif karena masing-masing memiliki peran strategis dalam
upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Atas dasar itu pula yang telah mendorong
kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan
strategi pembelajaran heuristik.
b.
Identifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalah
a)
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang menunjukkan adanya
perbedaan antara harapan dan kenyataan dalam pembelajaran menulis pengalaman
pribadi yang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4
Karangbenda.Permasalahan dimaksud sebagai berikut.
1. Langkah-langkah
belajar siswa ketika sedang mempelajari materi ajaran menulis pengalaman
pribadi, kurang tepat, sebagai dampak dari salah satu komponen penting dalam
pembelajaran kurang menunjang, yaitu penggunaan strategi yang tepat.
2. Kemampuan
sebagian besar siswa di kelas ini, kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
b)
Perumusan
Masalah
Bertolak dari
identifikasi masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
langkah-langkah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran menulis pengalaman pribadi melalui penggunaan strategi pembelajaran
heuristik?
2. Apakah
penggunaan strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi?
c)
Pemecahan
Masalah
Pada uraian latar
belakang masalah di atas, telah disebutkan bahwa untuk mengatasi masalah yang
dihadapi oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda guna mencapai
tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi adalah strategi
pembelajaran heuristik.
c.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan
melalui penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda dalam
pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi
melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik.
2. Untuk
mendapatkan strategi yang tepat guna meningkatkan meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda dalam pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi.
3. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang tengah berlangsung di kelas IV SD Negeri
4 Karangbenda, khusus dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia
sebagai salah satu mata pelajaran penentu keberhasilan siswa, baik dalam
kenaikan kelas maupun kelulusan.
E.
Kajian
Teori
a. Menulis Pengalaman Pribadi
a) Konsep Menulis Pengalaman
Memulai
menulis bagi penulis pemula sebaiknya dimulai dengan pengalaman sendiri atau
setidaknya menulis hal-hal ying diketahui. Menulis pengalaman maksudnya menulis
apa yang dialami, dirasakan, dikerjakan dalam berbagai kegiatan atau aktivitas
di mana saja kita berada (Hasnun, 2006: 191).
Apa
sajakah yang dapat ditulis dalam pengalaman? Banyak.Pengalaman di rumah,
pengalaman bergaul dengan teman yang keras kepala, pengalaman menunggu bus di
terminal, pengalaman di atas pesawat, dan sebagainya. Lalu, pengalaman yang
bagaimana yang akan ditulis?
Yang
namanya pengalaman pastilah bervariasi.Pengalaman si Ahmad, tentu berbeda
dengan pengalaman si Badu.Apa yang si Badu rasakan tentu berbeda pula dengan
apa yang Ahmad rasakan. Semua kejadian ini sifatnya khas dan tidak sama untuk
setiap orang.
Oleh
karena itu, penting ditekankan di sini bahwa pengalaman yang dimaksud bukan
saja pengalaman yang menyenangkan dan membahagiakan, melainkan juga pengalaman
yang menyedihkan dan mengharukan.Semua itu tetap bagus untuk ditulis.
Jadi,
menulis pengalaman tidaklah sebatas pada menulis pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan atau membahagiakan saja.Oleh sebab itu, memaparkan pengalaman
dalam bentuk tulisan harus disertai dengan kejujuran. Pengalaman yang ditulis
itu bukan saja kelak dapat bermanfaat untuk diri penulis, tetapi pembaca yang
lain akan memetik manfaatnya. Bukankah pengalaman adalah guru yang baik?
Pengalaman
yang menarik dan mengesankan dapat dijadikan tulisan yang berbentuk puisi,
cerpen, artikel, ataupun novel. Masing-masing tulisan ini memiliki gaya dan
pola penuturan yang berbeda.
Cara
pengalaman pribadi ditulis dalam cerpen atau novel melalui tokoh cerita.Atau
bisa melalui tokoh aku.Apabila pengalaman diungkapkan melalui puisi melalui
pemilihan dan penempatan kata-kata.Tentunya kata yang dipergunakan dalam cerpen
berbeda dengan kata yang dipergunakan dalam puisi.
Menulis
pengalaman dalam bentuk puisi atau cerpen kadang terasa lebih sukar bila
dibandingkan dengan pengalaman biasa yang uraiannya bersifat deskriptif.
Artinya, menggambarkan apa yang dialami. Namun yang perlu diperhatikan bahasa
yang dipergunakan dengan pengolahan atau menggambarkan situasi perlu kejelian
dan kecermatan sehingga menarik untuk dibaca.
Misalnya
pengalaman bergaul dengan seorang seniman besar yang sudah berskala
nasional.Selama beberapa hari kita berkesempatan mengikuti hidup
kesehariannya.Maka untuk menggambarkan bagaimana pengalaman itu, kita harus
menyampaikan segala hal yang kita lihat.Mulai dari caranya dia berbicara, mengeluarkan
pendapat, dan hal-hal lain yang kita jumpai.
Pengalaman
berada di sebuah desa terpencil, pengalaman menjadi ketua atau pengurus OSIS di
sekolah, pengalaman selama berada di tempat wisata, atau pengalaman berkunjung
di kebun binatang, itu pun merupakan tambang emas inspirasi yang tak akan habis
digali.
b) Langkah-langkah Menulis Pengalaman
Langkah-langkah
menulis pengalaman tidaklah jauh berbeda dengan langkah-langkah penulisan
karangan.Sehubungan dengan itu, Hasnun (2006: 193) mengemukakan beberapa
langkah yang harus ditempuh dalam menulis pengalaman, yang intinya dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1.
Memilah dan menentukan pengalaman yang
menarik. Apakah yang dialami dalam perjalanan, ketika berada di kebun binatang,
atau di tempat lain yang dikunjungi.
2.
Menyusun urutan peristiwa dalam bentuk
kerangka. Misalnya, pengalaman selama perjalanan dari Cilacap ke Bandung.
Kerangkanya adalah:
1)
mulai berangkat dari Cilacap;
2)
persiapan-persiapan yang dibawa
seperlunya;
3)
di dalam bus;
4)
hal-hal yang aneh selama di dalam bus;
5)
panorama alam dalam perjalanan;
6)
di sebuah warung makan;
7)
memasuki kota Bandung.
b. Strategi Pembelajaran Heuristik
a) Pengertian Strategi Pembelajaran
Heuristik
Peran
guru dalam suatu pembelajaran, yaitu membelajarkan siswa supaya terarah pada
proses pencapaian tujuan yang diharapkan. Tujuan dimaksud, yakni siswa: (1)
mampu menuliskan pokok-pokok pesan yang akan ditulis; dan (2) mampu menulis
pesan singkat sesuai dengan konteks.
Membelajarkan
siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan di atas, didasarkan pada
langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Mengenai tujuan penggunaan
strategi ini dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) sebagai berikut
“Strategi pembelajaran heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar
aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah pada pengaktifan
peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep
yang mereka butuhkan”.Adapun tugas guru dalam rangka itu, seperti dikemukakan
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yang dikutip berikut.
Dalam strategi heuristik, pengajar mengarahkan
peserta didik pada data-data terpilih, selanjutnya peserta didik merumuskan
kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat, tercapailah
tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah,
pengajar bisa memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan
yang tepat.Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai
peserta didik bisa menemukan sendiri.
Sejalan dengan pendapat
ahli di atas dikemukakan Sagala (2009: 71) bahwa “Melalui strategi
pembelajaran heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa.Siswa yang
aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan
dorongan, arahan, dan bimbingan”.Lebih lanjut dikemukakan Sagala (2009: 72),
seperti dikutip berikut.
Strategi
pembelajaran heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi
pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan strategi pembelajaran heuristik
diharapkan siswa bukan hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, akan tetapi juga akan
terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
terbuka. Strategi Heuristik terbagai atas diskoveri dan inkuiri.
Agar peran strategis di
atas dapat dipenuhi dengan baik, guru perlu lebih dulu menyusun suatu
perencanaan untuk dijadikan pedoman pada saat melaksanakan tugasnya itu.
b)
Dasar
Pertimbangan Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik dalam Pembelajaran
Menulis Pesan Singkat
Pembelajaran
menulis pesan singkat dengan menggunakan strategi heuristik merupakan satu
bagian penting dalam proses berpikir, maka penekanan pada teknik pengajaran
yang membolehkan pelajar menguasai konsep dalam suatu tulisan adalah wajar
dilakukan oleh para guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Justru, penggunaan
strategi pembelajaran heuristik dalam maempelajari materi ajar menulis pesan
singkat adalah suatu siasat yang baik dan sesuai. Hal ini kerana penggunaan
strategi tersebut akan membantu pelajar lebih fokus, boleh membuat intepretasi
dan lebih mudah memahami topik yang dipelajari. Pendapat ini selaras dengan
pandangan Rahim (2000) yang mengemukakan sebagai berikut.
Penggunaan peta konsep yang dilihat dapat memudahkan pemikiran
pelajar, membantu mengukuhkan daya ingatan, dan pelajar dapat mengingat
fakta-fakta penting yang kemudian diuraikan dengan baik. Oleh karena itu,
penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebagai suatu cara untuk menyiasai
siswa agar lebih kreatif, inspiratif, dan produktif dalam menghasilkan sesuatu
yang diinginkan.
Ada beberapa teori yang mendukung penggunaan strategi pembelajaran
heuristik sebagai strategi pembelajaran bermakna, yakni teori pembelajaran
bermakna Ausubel.Dalam teori ini, ide dibangun bersama. Ide yang dipelajari
melalui cara yang lebih bermakna dapat diasimilasikan ke dalam struktur
kognitif yang sudah ada pada siswa. Struktur kognitif ini merupakan pengetahuan
terdiri atas fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari oleh siswa.
Ausubel menekankan bahwa ide yang dipelajari secara bermakna dapat diingat
lebih lama dibanding dengan apa yang dipelajari secara hafalan.
Selain itu strategi
pembelajaran heuristik pun sebagai suatu proses belajar bermakna sangat erat
kaitannya dengan strategi pembelajaran heuristik. Strategi pembelajaran
heuristik merupakan pengembangan dari proses belajar kogninif. Menurut Saud (2008:168) “Heuristik adalah
proses membangun atau menyusun penegtahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman“. Piaget (dalam Sanjaya, 2005:78) menganggap bahwa
“Pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari
kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya“.
Heuristik memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi
dikonstruksi dari dalam diri sesorang. Karena itu pengetahuan terbentuk oleh
objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi
objek tersebut. Lebih jauh Piaget (dalam Saud, 2008:169) mengatakan hakikat
pengetahuan sebagai berikut.
1.
Pengetahuan
bukanlah merupakan gambaran dunia nyata, akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan
melalui kegiatan subjek.
2.
Subjek
membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
3.
Pengetahuan
dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang, struktur konsepsi membentuk
pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman seseorang.
Strategi
heuristik merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya
konflik kognitif, yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri. Menurut
Bell (dalam Saud, 2008:169), “Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari hasil interaksi
dengan lingkungannya“. Sehubungan dengan konflik kognitif, Saud (2008:169)
mengemukakan sebagai berikut.
Konflik kognitif
tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa
dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan
perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa
ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.
Selain itu diperoleh suatu penjelasan
bahwa strategi dari heuristik adalah meaningfullearning.
Menurut Ausubel
(dalam Mulyasa, 2003:237), “Hanya meaningfullearning
-lah yang sesungguhnya pembelajaran”. Lebih lanjut Ausubel (dalam Mulyasa,
2003:237) mengemukakan bahwa,
Pembentukan pengetahuan melibatkan interpretasi kita
atas peristiwa tersebut.Sebelum peristiwa tersebut menjadi pengetahuan kita,
dia harus melewati lapisan yang disebut “interpretasi”.Inilah yang disebut meaningfullearning. Interpretasi ini
adalah suatu proses berpikir yang singkat dan cepat yang terjadi dalam otak
kita.
Interpretasi
berada di antara peristiwa yang dilihat dari pemahaman kita tentang peristiwa
itu. Interpretasi ini dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lampau, oleh teori,
nilai, dan kepercayaan yang yang dimiliki sebelumnya. Karena itu, seorang ahli
ilmu sosial tidak pernah bisa mengatakan bahwa seseorang punya pengetahuan yang
exact tentang sesuatu realitas.
Pengetahuan merupakan bukan satu foto dari suatu peristiwa sosial, tapi seperti
sebuah lukisan impresionistik dari seorang seniman tentang peristiwa tersebut.
Pengetahuan bukan merupakan suatu duplikat yang persis sebagaimana bentuk
peristiwa itu sebenarnya, tapi hasil satu interpretasi terhadap peristiwa itu.
Pernyataan,
bahwa pengetahuan dikonstruksi (dibangun dalam pikiran) dari hasil interpretasi
atas suatu peristiwa, membawa sebagian orang pada kesimpulan bahwa semua
pengetahuan adalah bersifat subjektif. Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pola
pikir orang tersebut. Sementara itu, sebagian orang lain namun, yang pasti
semua pengetahuan dapat bersifat salah, yaitu kesalahan yang terjadi karena salah
persepsi dan salah interpretasi atas suatu peristiwa.
Menurut
Mulyasa (2003:238) “Semua pengetahuan dapat salah (tidak selalu benar), karena
hakekat pengetahuan adalah kurang exactitude
dan kurang comprehensiveness. Prinsip
ini disebut epistemologicalfallibism“.
Inilah dasar filsafat dari strategi pembelajaran heuristik. Pada puncaknya, siapa pun tidak pernah yakin
berapa diikat jarak antara pengetahuan yang dibangun tentang suatu peristiwa
sosial dengan realitas yang sesungguhnya dari peristiwa sosial tersebut.
Pengetahuan adalah hasil dari meaningfulinterpretation
(interpretasi penuh makna) terhadap pengalaman seseorang dengan suatu peristiwa
sosial.
Jika
penemuan awal dari suatu pengetahuan adalah melalui meaningfulinterpretation, maka pembelajaran terhadap pengetahuan
tersebut pada tingkat selanjutnya seharusnya melibatkan meaningfulinterpretation. Jadi, tidak ada yang belajar melalui
transmisi. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara penemuan awal sebuah
pengetahuan ilmiah tersebut oleh seorang
murid dalam kelas. Persoalan ini memerlukan tindakan interpretasi.
Dengan
demikian tidak ada orang yang belajar seperti mengopi satu file komputer dari floppydisk
ke harddisk. Orang selalu belajar
dengan cara membuat apa yang dialaminya masuk akal (makesenses). Seseorang baru dikatakan telah belajar tentang sesuatu
ketika sesuatu itu adalah masuk akal baginya. Pembelajaran adalah proses aktif
mengonstruksi (membangun sesuatu dalam pikiran), atau merangkum saru kerangka
konsep. Dengan strategi konstruksi dan pembelajaran meaningful maka peristiwa-peristiwa yang dialami manusia menjadi
masuk akal (makesenses) bagi diri
mereka.
Strategi
pembelajaran heuristik memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif
dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat
dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Karena itu, dalam
setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperoleh, atau sampai pada, persamaan
pemahaman dengan peserta didik. Dalam strategi pembelajaran heuristik, pembelajaran
melibatkan negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi. Wacana penyesuaian
pikiran ini dapat dilakukan antara murid dengan guru, antara sesama murid.
Karena itu strategi pembelajaran kooperatif (kerjasama) adalah sangat ideal.
Dalam strategi heuristik harus tercipta hubungan kerjasama antara guru dengan
murid, dan antara sesama murid.
Strategi
pokok dari strategi pembelajaran heuristik adalah strategi pembelajaran heuristik yang mengajak peserta didik
berpikir dan memahami materi pelajaran, bukan sekadar mendengar, menerima, dan
mengingat-ingat. Setiap unsur materi pelajaran
darus diiolah dan diinterpretasikan sedmikan rupa sehingga masuk akal.
Pengetahuan baru terbentuk dari sesuatu yang masuk akal. Sesuatu yang tidak
masuk akal tidak akan menempel lama dalam pikiran. Strategi ini berbeda dari
metode menghafal. Dalam metode menghafal, pserta didiknya mendengar dan
menerima, kemudian menginat-ingat materi pelajaran yang diterima tersebut.
Kadang-kadang terdapat materi yang kurang dipahami peserta didik, bukan tidak
masuk akal peserta didik. Namun, karena materi tersebut sudah ada dalam paket
pelajaran, dan ada keharusan bagi peserta didik untuk menghafalnya, maka
peserta didik diam saja menerima. Metode ini disebut “chalkandtalk”. Dalam metode ini, pihak
yang lebih aktif adalah guru.Sementara itu peserta didik lebih bersifat
pasif.Metode ini juga dikenal dengan istilah receptivelearning.Dalam metode ini, pembelajaran terjadi dalam
situasi rutin dan membosankan.Materi pelajaran, meskipun diterima dan dihafal,
namun mudah terlupakan, karena materi tersebut tidak diterima melalui pemahaman
yang masuk akal, tetapi melalui instruksi transmisi.
Dalam strategi meaningfullearning, peserta didik
digalakan untuk aktif.Peserta didik adalah pusat dari kegiatan belajar
mengajar. Peserta didik harus dilibatkan dalam tanya jawab yang terarah.
Peserta didik digalakan untuk bertanya dan mencari problemsolving. Peserta didik harus didorong untuk menaksirkan
informasi yang diberikan oleh guru,
hingga informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat mereka. Strategi
seperti ini memerlukan pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan, dalam
rangka mencapai pengertian yang sama atas setiap materi pelajaran. Sehubungan
dengan itu, Mulyasa (2003: 241)
mengemukakan sebagai berikut.
Kadang-kadang dalam mencapai pemahaman tersebut,
mungkin diperlukan roleplaying, activeplaying (belajar aktif), interpretation (penafsiran), makesense (masuk akal), negotiation (pertukaran pikiran), cooperative (kerjasama), dan inquiry (menyelidiki) adalah beberapa
kata kunci dalam strategi pembelajaran heuristik.
Dengan
strategi pembelajaran seperti ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan
lebih baik, karena pengetahuan tersebut masuk otak setelah melalui proses masuk
akal. Yang tidak masuk akal dikesampingkan.Karena tersimpan secara mendalam,
meski pernah lupa, pengetahuan tersebut mudah untuk dipelajari kembali.Lagi
pula, karena materi tersebut dipahami dengan baik, maka materi tersebut
sewaktu-waktu dapat digunakan dalam situasi baru yang berlainan dari situasi
waktu belajar mengajar.
Dalam metode activelearning, setiap materi pelajaran
yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada
sebelumnya.Materi pelajaran yang baru disesuaikan secara aktif dengan
pengetahuan yang sudah ada.Karena itulah, dalam strategi pembelajaran
heuristik, kegiatan belajar mengajar harus dimulai dengan hal yang sudah
dikenal dan dipahami peserta didik.Barulah setelah itu guru menambahkan
unsur-unsur pelajaran yang baru yang disesuaikan dengan pengetahuan yang ada
tersebut secara aktif.
Agar peserta didik
belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat, sedemikian
rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan
peserta didik akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata mereka.
Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran
selalu tampak menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang
tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan
siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari metodologi pembelajaran
baru yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.
Dari uraian di atas, diperoleh
beberapa butir yang perlu selalu diingat guru dalam mengimplementasikan
strategi pembelajaran heuristik sebagai landasan dalam membelajarkan siswa
menulis pesan singkat, yakni sebagai berikut.
1. Pusat kegiatan belajar mengajar adalah peserta didik yang
aktif.
2. Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan
dipahami peserta didik.
3. Bangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan
membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupannya.
4. Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan
metode pembelajaran yang membuat peserta didik bosan. Ini harus segera
ditanggulangi.
Dari
beberapa pendapat di atas diperoleh butir-butir khusus tentang hakekat
pembelajaran berlandaskan heuristik,
sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2003:239), yang berikut ini.
1.
Siswa
harus selalu aktif selama pembelajaran.
2.
Proses
aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
3.
Interpretasi
selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
4.
Interpretasi
dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar
pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
5.
Tanya
jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya/tidak bicara berarti dia
tidak belajar secara optimal.
6.
Kegiatan
belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan,
tapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
c) Langkah-langkah
Konkret Strategi Pembelajaran Heuristik
Adapun sebagai tolok
ukur dari langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh oleh guru pada saat
melaksanakan tugasnya membelajarkan siswa berdasarkan ketentuan strategis
pembelajaran heuristik, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008:
30), yakni,
langkah awal pengajar dalam strategi pembelajaran
heuristik, yakni mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih. Selanjutnya
pserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila
kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir.
Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru hingga
peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat.Dalam strategi ini, pengajar
hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.
Dengan demikian,
menjadi jelaslah bahwa strategi pembelajaran heuristik adalah sebuah strategi
yang menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah kepada pengaktifan
siswa, mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang
dibutuhkannya. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), “Ada beberapa
teknik penyajian yang pararel dengan strategi pembelajaran heuristik, yakni
inkuiri (inquiry), pemecahan masalah
(problem solving), eksperimen,
penemuan (discovery), teknik
nondirektif, penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan”.
Ada
beberapa langkah konkret yang harus diupayakan guru dalam mengelola proses
belajar siswa bila menggunakan strategi pembelajaran heuristik. Beberapa
langkah dimaksud dijelaskan Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut.
1.
Tahap
pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah
berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami
peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan
berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertraik untuk mengetahui
hal-hal yang baru.
2.
Tahap
eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara
aktif dalam problemsolving; (3)
letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang
baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari
metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi
bagian dari pengetahuan peserta didik.
3.
Tahap
konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi
ajaran baru; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural,
yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek
kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling
tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta
didik.
4.
Tahap
pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan
konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta
didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan
pengertian yang dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar
terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik.
5.
Tahap
penilaian formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta
didik; (2) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau
kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut pendapat Rahim (2000), dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan strategi
pembelajaran heuristik ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan guru.
Beberapa langkah dimaksud, sebagai berikut.
1. Guru mengemukakan pokok bahasan yang akan dipelajari dengan
menggunakan peta konsep.
2. Guru memperkenalkan secara umum bahan pembelajaran dan ide-ide
utama dalam topik yang akan diajarkan. Guru mengajukan pertanyaan untuk
mengingatkan siswa dalam rangka membangun kesadarannya. Siswa dibentuk dalam
beberapa kelompok yang sesuai dengan kriteria.
3. Para siswa dalam kelompoknya diminta menyiapkan peta konsep
mengikuti topik yang diberikan oleh guru. Guru membimbing dan memantau para
siswa selama proses menghasilkan peta konsep.
4. Pemaparan peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa dan
memberikan penilaian.
F.
Metodologi
Penelitian
a.
Subjek
Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda Tahun
Pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 28 orang, yang sedang menempuh semester 1
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
b.
Setting Penelitian
Setting dalam
penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK.
c.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran 2008/2009, yaitu bulan Januarisampai
dengan Maret2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar
mengajar efektif di kelas.
d.
Siklus
PTK
PTK
ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis
pengalaman pribadi melalui penggunaan strategi kontekstual.
e.
Sumber
Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Pengumpulan Data
a)
Sumber
Data
Sumber
data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.
b)
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
c)
Instrumen
Pengumpulan Data
Alat
pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar
wawancara, dan lembar diskusi.
f.
Teknik
Analisis Data
Data
yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat
kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Hasil
belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata hasil evaluasi pada setiap siklus.
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2. Aktivitas
siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM.
Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3. Implementasi
pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi
yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, dengan cara
menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
g.
Prosedur
Penelitian
Alur
penelitian ini menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus
perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana
tindakan, teman sejawat dan kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya,
terdapat empat tahapan, antara lain: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian ini akan menempuh tiga siklus, seperti
tampak pada gambar berikut.
G.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
a) Siklus I
Pelaksanaan
pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik pada siklus I, sudah dilaksanakan oleh guru dan siswa
kelas IV SD Negeri 4Karangbenda.Tidak setiap tahapan yang direncanakan dapat
dilaksanakan oleh guru dan siswa.Namun, cukup membawa perubahan pada aktivitas
dan hasil belajar siswa.Berdasarkan catatan hasil pengamatan yang telah
dilakukan teman sejawat, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1. Aktivitas
belajar siswa masih kurang sesuai dengan tahapan-tahapan belajar yang sudah
direncanakan. Hal ini disebabkan oleh guru belum terbiasa mengelola
pembelajaran berdasarkan pola strategi heuristik. Untuk mengatasi masalah
tersebut, guru tidak dapat berbuat banyak.
Perolehan nilai aktivitas
belajar siswa dalam
pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang
disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, yakni 9 orang siswa
(32,15%) mendapat nilai 75,
dan 18 orang siswa lainnya (67,85%) mendapat nilai 81.
Lebih jelasnya pada pada tabel berikut ini disertakan nilai aktivitas belajar
untuk masing-masing siswa.
Tabel
1Perolehan Nilai Aktivitas Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman
Pribadi pada Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Nilai Aktivitas Belajar
|
|
1
|
Subjek 01
|
81
|
|
2
|
Subjek 02
|
75
|
|
3
|
Subjek 03
|
81
|
|
4
|
Subjek 04
|
81
|
|
5
|
Subjek 05
|
81
|
|
6
|
Subjek 06
|
81
|
|
7
|
Subjek 07
|
75
|
|
8
|
Subjek 08
|
81
|
|
9
|
Subjek 09
|
81
|
|
10
|
Subjek 10
|
75
|
|
11
|
Subjek 11
|
81
|
|
12
|
Subjek 12
|
75
|
|
13
|
Subjek 13
|
81
|
|
14
|
Subjek 14
|
75
|
|
15
|
Subjek 15
|
75
|
|
16
|
Subjek 16
|
75
|
|
17
|
Subjek 17
|
81
|
|
18
|
Subjek 18
|
75
|
|
19
|
Subjek 19
|
81
|
|
20
|
Subjek 20
|
81
|
|
21
|
Subjek 21
|
81
|
|
22
|
Subjek 22
|
81
|
|
23
|
Subjek 23
|
75
|
|
24
|
Subjek 24
|
81
|
|
25
|
Subjek 25
|
81
|
|
26
|
Subjek 26
|
75
|
|
27
|
Subjek 27
|
81
|
|
28
|
Subjek 28
|
75
|
2. Hasil
belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan
dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, cukup
mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 60.
Namun hasil belajar pada siklus I ini masih dirasa kurang memuaskan. Perolehan nilai
terkecil, yaitu 66. Siswa yang mendapat nilai tersebut ada 8 orang (28,57%).
Perolehan nilai tertinggi, yaitu 83, yang diberikan kepada 8 orang siswa
(28,57%). Selain itu, ada 12 orang siswa (42,85%) yang memperoleh nilai 75.
Adapun perolehan nilai hasil belajar masing-masing siswa tersebut, seperti
tertuang pada tabel berikut.
Tabel
2 Perolehan Nilai Hasil
Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi pada Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Nilai Hasil Belajar
|
|
1
|
Subjek 01
|
15
|
|
2
|
Subjek 02
|
75
|
|
3
|
Subjek 03
|
83
|
|
4
|
Subjek 04
|
66
|
|
5
|
Subjek 05
|
66
|
|
6
|
Subjek 06
|
83
|
|
7
|
Subjek 07
|
75
|
|
8
|
Subjek 08
|
75
|
|
9
|
Subjek 09
|
75
|
|
10
|
Subjek 10
|
66
|
|
11
|
Subjek 11
|
83
|
|
12
|
Subjek 12
|
83
|
|
13
|
Subjek 13
|
66
|
|
14
|
Subjek 14
|
83
|
|
15
|
Subjek 15
|
66
|
|
16
|
Subjek 16
|
75
|
|
17
|
Subjek 17
|
75
|
|
18
|
Subjek 18
|
75
|
|
19
|
Subjek 19
|
83
|
|
20
|
Subjek 20
|
66
|
|
21
|
Subjek 21
|
66
|
|
22
|
Subjek 22
|
83
|
|
23
|
Subjek 23
|
75
|
|
24
|
Subjek 24
|
75
|
|
25
|
Subjek 25
|
75
|
|
26
|
Subjek 26
|
66
|
|
27
|
Subjek 27
|
83
|
|
28
|
Subjek 28
|
83
|
3. Kekurangaktifan
sebagian besar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang
disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I,
disebabkan oleh aktivitas guru dalam membelajarkan mereka. Dengan demikian,
guru dinilai kurang mampu mengelola pembelajaran menulis berdasarkan
langkah-langkah strategi pada siklus I. Tidak ada upaya yang dapat dilakukan
guru untuk mengatasi kekakuannya itu.
b)
Siklus
II
Proses pembelajaran menulis
pengalaman pribadi dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada
siklus II sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Berdasarkan pengamatan dan
penilaian serta catatan para pengamat, aktivitas dan hasil belajar siswa pada
siklus II menunjukkan lebih baik dari siklus I. Lebih jelasnya mengenai hal
itu, sebagai berikut.
1.
Siswa tampak lebih aktif, baik pada saat belajar
mengonstruksi materi ajar, belajar menemukan kesalahan penulisan dalam menulis
pengalaman, belajar bertanya sehubungan dengan hal-hal yang kurang dipahaminya
kepada guru, belajar meniru model sehubungan dengan menulis pengalaman, belajar
bekerja sama dalam kelompok saat menyelesaikan bahan penugasan, belajar
merefleksi hasil pekerjaan, maupun pada saat belajar dinilai kemampuannya
secara nyata. Aktivitas belajar siswa bisa seperti ini karena adanya bimbingan
dan arahan secara intensif dari guru. Guru tidak lagi merasa kaku, karena
sebelumnya telah mempersiapkan segala sesuatunya, agar proses pembelajaran menulis
pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran
heuristik pada siklus II dapat berlangsung dengan baik. Atas dasar itu pengamat
memberikan penilaian seperti itu terhadap aktivitas belajar siswa. Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menulis
pengalaman pribadi yang disajikan dengan
menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II, yakni 5 orang siswa (17,85%) mendapat nilai 81, dan 23 orang
siswa lainnya (82,15%) mendapat nilai 87. Lebih jelasnya
mengenai penilaian aktivitas belajar masing-masing tersebut tertuang pada pada
tabel berikut.
Tabel
3Perolehan Nilai Aktivitas Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi
pada Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
Nilai Aktivitas Belajar
|
|
1
|
Subjek 01
|
87
|
|
2
|
Subjek 02
|
81
|
|
3
|
Subjek 03
|
87
|
|
4
|
Subjek 04
|
87
|
|
5
|
Subjek 05
|
87
|
|
6
|
Subjek 06
|
87
|
|
7
|
Subjek 07
|
81
|
|
8
|
Subjek 08
|
87
|
|
9
|
Subjek 09
|
87
|
|
10
|
Subjek 10
|
87
|
|
11
|
Subjek 11
|
87
|
|
12
|
Subjek 12
|
87
|
|
13
|
Subjek 13
|
87
|
|
14
|
Subjek 14
|
87
|
|
15
|
Subjek 15
|
87
|
|
16
|
Subjek 16
|
87
|
|
17
|
Subjek 17
|
87
|
|
18
|
Subjek 18
|
81
|
|
19
|
Subjek 19
|
87
|
|
20
|
Subjek 20
|
87
|
|
21
|
Subjek 21
|
87
|
|
22
|
Subjek 22
|
87
|
|
23
|
Subjek 23
|
81
|
|
24
|
Subjek 24
|
81
|
|
25
|
Subjek 25
|
87
|
|
26
|
Subjek 26
|
87
|
|
27
|
Subjek 27
|
87
|
|
28
|
Subjek 28
|
87
|
2.
Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terbukti
dari nilai evaluasi yang diperoleh keseluruhan siswa lebih darikriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 60. Nilai terendah hasil
belajar siswa pada siklus II, yaitu 75, sedangkan nilai tertinggi yang dicapai
oleh siswa, yaitu 91. Nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut berada di atas
nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan sekolah. Siswa
yang memperoleh nilai 75 hasil belajarnya sebanyak 6 orang (21,42%). Siswa yang
meperoleh nilai 83 hasil belajarnya sebanyak 11 orang (39,28%). Siswa yang
memperoleh nilai 91 sebanyak 1 orang (39,28%). Lebih jelasnya mengenai nilai
perolehan hasil belajar masing-masing siswa tersebut, seperti tertuang pada
tabel berikut.
Tabel
4Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswadalam Menulis Pengalaman Pribadi pada Siklus II
No.
|
Nama Siswa
|
Nilai Hasil Belajar
|
|
1
|
Subjek 01
|
91
|
|
2
|
Subjek 02
|
91
|
|
3
|
Subjek 03
|
75
|
|
4
|
Subjek 04
|
91
|
|
5
|
Subjek 05
|
83
|
|
6
|
Subjek 06
|
75
|
|
7
|
Subjek 07
|
83
|
|
8
|
Subjek 08
|
83
|
|
9
|
Subjek 09
|
83
|
|
10
|
Subjek 10
|
83
|
|
11
|
Subjek 11
|
91
|
|
12
|
Subjek 12
|
91
|
|
13
|
Subjek 13
|
75
|
|
14
|
Subjek 14
|
91
|
|
15
|
Subjek 15
|
83
|
|
16
|
Subjek 16
|
75
|
|
17
|
Subjek 17
|
91
|
|
18
|
Subjek 18
|
91
|
|
19
|
Subjek 19
|
75
|
|
20
|
Subjek 20
|
91
|
|
21
|
Subjek 21
|
83
|
|
22
|
Subjek 22
|
75
|
|
23
|
Subjek 23
|
83
|
|
24
|
Subjek 24
|
83
|
|
25
|
Subjek 25
|
83
|
|
26
|
Subjek 26
|
83
|
|
27
|
Subjek 27
|
91
|
|
28
|
Subjek 28
|
91
|
3. Keaktifan
siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan
menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II, disebabkan oleh
aktivitas guru dalam mengelola setiap tahapan meningkat ke arah yang
diharapkan. Oleh karena itu, pada siklus II tidak lagi ditemukan adanya siswa
yang merasa kaku dalam menempuh setiap tahapan pembelajaran. Dengan demikian,
menjadi jelaslah bahwa adanya peningkatan aktivitas guru dalam mengelola proses
pembelajaran bukan saja telah membawa dampak positif pada aktivitas belajar
siswa tetapi juga terhadap hasil belajarnya pun telah memberi dampak yang
positif.
b. Pembahasan
Pembahasan terhadap hasil penelitian ini
sangat penting. Dengan membahas hasil penelitian ini akan diperoleh suatu
gambaran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Selain
itu, efektivitas perlakuan (treatement)
yang diterapkan pun dapat diketahui.Perlakuan dimaksud, yaitu strategi kontekstual.Penerapan
strategi ini diupayakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi guru dan siswa
dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang
disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik dilaksanakan dalam
dua siklus.Sebelum guru dan siswa melaksanakan pembelajaran menulis pengalaman
pribadidengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, mereka tidak
berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, baik dilihat dari sisi aktivitas
maupun hasil belajar siswa.Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari materi ajar menulis pengalaman pribadi.Hal ini disebabkan oleh strategi
yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadipada saat itu,
kurang tepat.Akibatnya, hasil belajar sebagian besar siswa kurang memenuhi
tuntutan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni 60. Siswa yang berhasil memenuhi tuntutan ini
hanya 8 orang (19,51%). Sementara itu selebihnya dari mereka, yakni 33 orang
siswa (80,49%) dinyatakan kurang berhasil mencapainya.
Berbeda dengan aktivitas dan hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan
dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus.Pada siklus I, aktivitas belajar siswa lebih bermakna.Kebermaknaan
aktivitas belajar siswa pada siklus I disebabkan oleh langkah-langkah strategi
pembelajaran heuristik, seperti belajar mengonstruksi (constructivism), belajar berinkuiri (inquiry), belajar bertanya (questioning),
belajar bekerja sama (community learning),
belajar melalui model (modeling),
belajar merefleksi (reflecting), dan
belajar dinilai yang sebenarnya (authenticassessment).
Dampak dari aktivitas belajarnya itu, pada siklus I seluruh siswa mengalami
peningkatan hasil belajar dan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
telah ditetapkan, meski peningkatannya tidak begitu tinggi.Oleh karena itu,
untuk lebih mengoftimalkan aktivitas dan hasil belajarnya maka dilakukan siklus
II.
Pada siklus II pembelajaran menulis
pengalaman pribadiyang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran
heuristik terjadi lagi perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, baik
dilihat dari aktivitas maupun hasil belajarnya.Aktivitas belajar pada siklus II
dirasakan siswa lebih menyenangkan, baik saat mengonstruksi maupun saat
menempuh langkah-langkah kontekstual lainnya.Itu sebabnya, hasil belajar
seluruh siswa pada siklus II lebih baik daripada siklus I. Bahkan pada siklus
II ini hasil belajar seluruh siswa melebihi nilai KKM yang telah ditetapkan.Peningkatan
tersebut dapat ditunjukkan melalui grafik berikut.
Grafik 1
NilaiAktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Terjadinya
peningkatan ke arah yang lebih baik pada aktivitas dan
hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis
pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran
heuristik, tidak lepas dari dukungan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada dua siklus tersebut
berarti pula kemampuan guru pun meningkat, baik dalam merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam
pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang
lebih baik.
H. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut. Penggunaan strategi
pembelajaran heuristik dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia
tentang menulis pengalaman pribadi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri
4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009.
Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik
dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi
kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh
peningkatan yang lebih baik.
b. Saran
Dengan telah terbuktinya strategi
pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis dalam
pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman
pribadi, maka diajukan saran dan upaya tindak lanjut sebagai berikut.
1.
Penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebaiknya
mempertimbangkan konteks permasalahan yang menjadi kesulitan siswa dalam
memenuhi suatu tuntutan pembelajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan agar
terhindar dari proses pembelajaran yang tidak diharapkan. Penggunaan strategi
pembelajaran heuristik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada
siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, dinilai cocok, tetapi belum
tentu pada siswa yang lain. Meski demikian, masih terdapat beberapa hal yang
perlu ditingkatkan terkait dengan aktivitas belajar siswa untuk bertanya jawab
dengan sesama maupun dengan guru. Demikian pun dalam belajar bekerjasama dalam
kelompok dan belajar merefleksi hasil pekerjaan, pada beberapa orang siswa di kelas
ini dinilai masih kurang.
2.
Untuk itu ke depan perlu dilakukan suatu upaya tindak
lanjut yang tepat, agar mereka keluar dari permasalahan ini. Kepada guru dan
siswa, baik yang ada di SD Negeri 4Karangbenda maupun di luar yang ingin
mencoba menerapkan strategi ini disilakan, karena sudah terbukti kesulitan yang
dihadapi penulis dan siswa binaan dapat di atasi melalui strategi ini.
|
I. Daftar
Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1999. Pembinaan Kemampuan
Menulis. Jakarta:Rineka Cipta.
Darma, dkk. 2007. Manajemen Prestasi Belajar.
Jakarta:Rajawali Press.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SD.
Jakarta:Depdiknas.
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk SD,
SMP, dan SMA. Yogyakarta: Pioner.
Hermawan,
Asep. 2010. Laporan Penelitian terhadap
Proses dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar (Studi Kasus di SD di Wilayah Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya).
Tidak Dipublikasikan.
Heryadi, Dedi. 2008. Metode Penelitian Tindakan
Bahasa. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Kunandar.
2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional
dalam Menciptakan Pembelajaran. Bandung:Rosda.
Mulyasa, E. 2006.Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Teori dan Implementasi). Bandung: Rosda.
Nasrulloh.2007.
Otonomi Pendidikan dari Sentralisasi
Menuju Desentralisasi. Jakarta:Rajawali Press.
Nurhadi. 2003. Strategi Contextual Teaching and
Learning. Malang:IKIP Malang.
Rusyana, Yus.
1995. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan.
Bandung:Algensindo.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung:Prenada.
Sanjaya, Wina.
2007. Perencanaan Pembelajaran.
Bandung: Prenada.
Saud, S. U. 2008. Inovasi Pendidikan.
Bandung:Alfabeta.
Suherli. 2010.
Menyusun Karya Ilmiah. Bandung:Yrama
Widya.
Sukidin. 2007.
Prosedur dan Implementasi Penelitian
Tindakan Kelas.
Jakarta:Depdiknas.
Suryatmaja. 2007. Belajar Berbahasa.
Jakarta:Gramedia.
Tarigan, H.G. 2002. Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Trianto. 2007. Model-strategi
Berorientasi Konstruktivisme. Bandung: Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar