A.
Judul
UPAYA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI PERKALIAN PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI VARIASI METODE KUMON MODEL KONSTRUKTIVISME (Penelitian
Tindakan di Kelas III SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten
Ciamis Tahun Pelajaran 2011/2012)
B.
Nama Penulis
YUYUM HARYANI, S.Pd
C.
Abstrak dan Kata
Kunci
Kata Kunci: Mata Pelajaran
Matematika, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Metode Kumon Model
Konstruktivisme
Abstrak
Penelitian ini bermula dari adanya
kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran mata pelajaran matematika tentang menggunakan
dasar perkalian yang telah dilakukan guru dan siswa kelas III SD Negeri 4
Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis. Kesenjangan dimaksud, yakni
aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan metode yang kurang tepat. Untuk
mengatasi masalah tersebut digunakan variasi metode Kumon model konstruktivisme.
Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimanakah
perencanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian
berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme
yang diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4
Karangbenda? (2) bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran
matematika pokok bahasan perkalian berdasarkan variasi metode KUMON model
konstruktivisme model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas III SD Negeri 4 Karangbenda? (3) bagaimanakah peningkatan hasil belajar
siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda dalam mata pelajaran matematika pada
pokok bahasan perkalian setelah menggunakan metode KUMON model konstruktivisme
model konstruktivisme?Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan tepat
tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
tersebut, dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklusnya menempuh tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah melakukan penelitian
ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan Metode Kumon Model Konstruktivisme
dalam pembelajaran mata pelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi,
Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2011/2012. Adanya peningkatan tersebut, tidak
lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran, dan
menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
D.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang
Masalah
Keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar,
khususnya di Sekolah Dasar akan menjadi faktor penentu keberhasilan
pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan berikutnya (SMP dan SMA). Hal
ini dapat dimaklumi, tentunya dengan berbagai alasan yang normatif, terutama
karena pada jenjang pendidikan dasar ini siswa dibekali dengan berbagai
kemampuan dasar matematika, seperti yang telah ditetapkan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar khususnya untuk Mata Pelajaran
Matematika di masing-masing kelas. Tanpa memiliki kemampuan yang sangat
mendasar ini, tidak mungkin mampu menguasai kemampuan selanjutnya. Itu
sebabnya, demi keberhasilan pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
dasar patut diupayakan melalui berbagai
cara yang tepat, tentunya oleh guru (Asher, 2008:13).
Tujuan pembelajaran matematika di kelas III Sekolah Dasar, adalah,
“Untuk melatih siswa berpikir sistematis (teratur), logis (masuk akal), kritis
(banyak bertanya, tidak lekas percaya), kreatif (berdaya cipta), dan konsisten
(taat aturan). Hal ini dilakukan, antara lain melalui pelatihan penambahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian bilangan” (Fajariyah dan Triratnawati,
2008:6).
Sementara itu
berkaitan dengan kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar, hasil belajar itu
dapat dipahami sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
melaksanakan pengalaman belajarnya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor biologis dan faktor fsikologis.
Sementara faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor di atas akan menjadi patokan guna mengukur tingkat
keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan materi ajar
tertentu, termasuk di dalamnya adalah perkalian. Khusus untuk mengetahui hasil
belajar mata pelajaran matematika maka hasil belajar tersebut adalah Hasil
belajar siswa terhadap materi ajar perkalian, dinilai sangat penting, karena
perkalian mendasari beberapa konsep matematika lain. Hal ini sebagaimana
ditegaskan Sumarno dan Sukahar (dalam Khotimah dkk., 2010:85), bahwa ‘Perkalian
adalah penjumlahan berulang. Perkalian mendasari beberapa konsep matematika
lain. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan berhitung dalam kehidupan
sehari-hari’.
Untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana tingkat hasil belajar
perkalian pada siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten
Ciamis, maka dilakukan evaluasi. Untuk kemudian data evaluasi masing-masing
siswa dinilai dengan menggunakan ketentuan yang berlaku, yaitu Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap kompetensi dasar mata pelajaran
matematika yang berlaku di sekolah. Hasilnya menunjukkan tujuh puluh lima
persen (75%) siswa tingkat hasil belajarnya terhadap materi ajar perkalian masih
kurang. Rata-rata nilai yang diperoleh mereka masih kurang dari nilai 6 (hasil
evaluasi guru kelas III SD Negeri 4 Karangbenda).
Bertolak dari kenyataan di atas, penulis merasa perlu meneliti
permasalahan yang muncul agar siswa mampu menggunakan dasar perkalian, seperti:
Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil, Faktor Persekutuan Terbesar,
Penyederhanaan Pemecahan, Konversi Pemecahan, Soal Cerita Perkalian, dan
lain-lain.
Timbulnya masalah yang tidak diharapkan itu
sebagai akibat keterbatasan kemampuan mereka untuk dididik dalam memahami
pelajaran. Akibat lain, sangat mungkin hal ini dikarenakan guru kurang mampu
mengelola pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi mereka. Sehingga, wajarlah
apabila kemudian mereka berlaku asal belajar dan akhirnya kurang menguasai
materi ajar.
Untuk
mengatasi masalah di atas solusi yang diupayakan oleh penulis adalah mengelola
pembelajaran perkalian berdasarkan langkah-langkah metode KUMON. Dasar
pertimbangan solusi ini ditempuh, antara lain:
1.
Terinsprirasi
oleh temuan hasil penelitian Jaiyaroh (2006:87) yang menyimpulkan bahwa
pembelajaran perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme membuat siswa Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Melalui
pembelajaran berorientasi PAKEM ini kinerja siswa dan guru lebih meningkat,
proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berkualitas, siswa lebih kreatif,
hasil belajar perkalian lebih optimal, dan hasil belajar matematika lebih
memuaskan.
2.
Tingkat
hasil belajar siswa dapat dikembangkan secara bertahap (step by step), memupuk tanggung jawab pribadi, meningkatkan
kemandirian, menanamkan dasar perkalian yang kuat sesuai prinsip metode KUMON
model konstruktivisme yang dikembangkan oleh Toru KUMON dari Jepang.
Keistimewaan metode KUMON model konstruktivisme adalah bimbingan perseorangan
sesuai kemampuan masing- masing siswa, bahan pelajaran disusun secara efektif,
sistematis, dan step by step. Siswa
dilatih memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya sendiri untuk membentuk
kemandirian.
3.
Metode
KUMON model konstruktivisme belum pernah digunakan oleh guru kelas III SD
Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, baik dalam
pembelajaran perkalian maupun yang lain.
Besar harapan setelah mengikuti pembelajaran perkalian dengan
menggunakan metode KUMON model konstruktivisme hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Berdasarkan uraian tersebut,
penulis merasa terdorong untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan
judul “UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI PERKALIAN PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI VARIASI METODE KUMON MODEL KONSTRUKTIVISME (Penelitian
Tindakan di Kelas III SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten
Ciamis)”.
b.
Perumusan
Masalah
Bertolak dari batasan masalah di atas, pokok
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan secara lebih
spesifik menjadi sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah
perencanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian
berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme yang
diupayakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4
Karangbenda?
2.
Bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian
berdasarkan variasi metode KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda?
3.
Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda dalam mata
pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian setelah menggunakan metode
KUMON model konstruktivisme model konstruktivisme?
c.
Cara Pemecahan
Masalah
Untuk
mengatasi kesulitan siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda dalam menguasai mata
pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian, guru akan mengupayakan jalan
keluarnya melalui proses belajar yang berorientasi pada variasi metode KUMON
model konstruktivisme yang dikembangkan oleh Torru KUMON dari Jepang.
Keistimewaan dari variasi metode KUMON model konstruktivisme adalah bimbingan
perseorangan sesuai kemampuan masing- masing siswa, bahan pelajaran disusun
secara efektif, sistematis, dan step by
step. Siswa dilatih memahami dan mengerjakan soal dengan kemampuannya
sendiri untuk membentuk kemandirian. Besar harapan melalui upaya ini hasil
belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda pada mata pelajaran matematika
materi ajar perkalian, meningkat.
E.
Landasan Teori
a.
Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Berdasarkan
Variasi Metode KUMON Model Konstruktivisme
Ada beberapa langkah konkret yang
harus diupayakan guru dalam mengelola proses belajar siswa bila menggunakan
model pembelajaran konstruktivisme. Beberapa langkah dimaksud dijelaskan
Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut. Pertama, tahap
pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah
berikut: (1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami
peserta didik; (2) motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan
berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar tertraik untuk mengetahui
hal-hal yang baru. Kedua, tahapan eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit,
dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) materi/keterampilan baru
diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problem solving; (3)
letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang
baru dengan berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari
metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi
bagian dari pengetahuan peserta didik. Ketiga, tahapan konsolidasi
pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2)
libatkan siswa secara aktif dalam problem
solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara
materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam
lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar
dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik. Keempat, tahapan pembentukan sikap
dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap
dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang
dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan
pada sikap dan perilaku peserta didik. Kelima, tahap penilaian formatif
selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2)
gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan
peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
G. Metode Penelitian
a. Rencana
Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi :
tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK sebagai berikut.
1)
Tempat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ajar
perkalian melalui variasi metode KUMON model konstruktivisme ini dilaksanakan kelas III SD Negeri 4
Karangbenda,
Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis.
2)
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini berlangsung pada bulan
Februari sampai dengan bulan Maret 2011, tahun pelajaran 2011/2012. Penetapan waktu tersebut mengacu pada kalender
akademik sekolah.
3)
Siklus PTK
Penelitian tindakan kelas ini
direncanakan dalam tiga siklus yang diupayakan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa dalam materi ajar perkalian. Namun, apabila selama dalam
tiga siklus tersebut masih terdapat siswa yang belum mengalami peningkatan
hasil belajar yang diharapkan, ada kemungkinan berlanjut pada siklus berikutnya
hingga seluruh siswa dinyatakan menguasai materi ajar perkalian.
2. Subjek Penelitian
Subjek
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas III SD Negeri 4
Karangbenda,
Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, yang memasuki semester II tahun
pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa tersebut ada 35 orang, yang terdiri atas 27
orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang siswa berjenis kelamin
perempuan.
b. Rencana Tindakan
Rencana tindakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam materi perkalian melalui variasi metode KUMON model
konstruktivisme akan ditempuh dalam tiga
siklus. Dalam setiap siklus tindakan menempuh tahapan berikut: (1) merencanakan
tindakan (planning); (2) melaksanakan
tindakan (acting); (3) mengobservasi
dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observing
and evaluating); dan (4) melakukan refleksi (reflecting).
Secara sederhana, tahapan-tahapan dalam setiap
siklus PTK seperti telah dijelaskan di atas, divisualisasikan Kemmis dan Taggart (dalam Hermawan, 2009:8) sebagai berikut.

H. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.
Deskripsi Siklus 1
Penelitian tindakan kelas siklus 1
menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing);
dan (4) refleksi (reflecting). Data
masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap perencanaan tindakan siklus
1, tim peneliti menempuh serangkaian kegiatan yang diupayakan agar
berkontribusi pada kelancaran pelaksanaan tindakan siklus 1. Setiap kegiatan
yang direncanakan tidak lepas dari masalah yang ingin diselesaikan dan solusi
untuk mengatasinya. Adapun kegiatan dimaksud, sebagai berikut.
1) Tim peneliti
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian berdasarkan
langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap komponen
yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tertulis
untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat pelaksanaan
tindakan siklus 1 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan itu, antara
lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator hasil
belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2) Membuat
instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3)
Lembar Tes Siklus 1.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 1, guru dan siswa
melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan perkalian berdasarkan
langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme, sesuai dengan
rencana tindakan siklus 1. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya sebagai
berikut.
1)
Penyajian
epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan
langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai
tujuan.
2)
Elaborasi
1, guru menjelaskan materi ajara perkalian.
3)
Sintesis
1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)
Elaborasi
2, guru menjelaskan tentang pokok bahasan perkalian.
6)
Konsolidasi,
guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar,
terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori
sedang pada pembelajaran sebelumnya.
7)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman
siswa terhadap materi ajar. Seluruh data yang harus didapat oleh observer,
yaitu penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang
didapat oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa.
Selanjutnya, diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai
acuan perencanaan siklus 2.
3.
Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas
guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap
pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang
observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1)
Pada
waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam
proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar
penilaian sikap siklus 1 seperti pada daftar tabel 1 dalam pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme, dapat dilihat pada tabel 4.1 (data keaktifan dalam
pembelajaran siklus 1) dan tabel A1.1 (data keaktifan siswa siklus 1), seperti
berikut ini.
Tabel 4.1
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 1
No.
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
7,50
|
Baik
|
2
|
Ketekunan
|
7,50
|
Baik
|
3
|
Tanggung jawab
|
8,00
|
Sangat Baik
|
4
|
Konsultasi
|
7,47
|
Baik
|
5
|
Solusi
|
7,47
|
Baik
|
6
|
Kerja sama
|
8,00
|
Sangat Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,66
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,66
|
Baik
|
Pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan
variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki nilai
rata-rata 7,66 dengan kategori baik.
Tabel 4.2
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 1
Kategori
Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
11 Siswa
|
12 Siswa
|
9 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar tentang pokok
bahasan perkalian: (1) 11 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 12 orang
siswa dengan kategori baik; dan (3) 9 orang siswa dengan kategori cukup. Dari
32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar
siswa menunjukkan baik, tetapi 9 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih
dalam kategori cukup.
2)
Pada
waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman
hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 1, seperti pada tabel 2
dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.3 (data keaktifan dalam
unjuk kerja siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.3
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk
Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,56
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,50
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,58
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,55
|
Baik
|
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang siswa dalam pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata kelas 7,55 dengan kategori baik.
Tabel 4.4
Data Keaktifan
Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
5 siswa
|
19 siswa
|
8 siswa
|
-
|
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 5
orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 19 orang siswa dengan kategori
baik; dan (3) 8 orang siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik,
sedangkan 8 orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari hasil pengamatan aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan
strategi pembelajaran konstruktiisme tipe elaborasi yang dilakukan dua orang
observer, seperti tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang
dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.5
(data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.5
Data Keaktifan Guru pada Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai Observer I
|
Nilai Observer II
|
Nilai Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi pengajaran
|
8,40
|
8,60
|
8,50
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,33
|
8,33
|
8,33
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,50
|
8,62
|
8,56
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai Observer I
|
Nilai Observer II
|
Nilai Rata-rata
|
Nilai Kategori
|
4
|
Fasilitas media
|
8,00
|
8,00
|
8,00
|
Baik
|
Jumlah
|
33,23
|
33,55
|
33,39
|
|
|
Rata-rata
|
8,20
|
8,38
|
8,34
|
|
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keaktifan guru
dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme siklus 1, komposisinya sebagai berikut: (1)
strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3)
kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil
belajar siswa pada siklus 1, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar perkalian.
Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar nilai hasil belajar siswa
siswa siklus 1, seperti pada tabel 3, dapat pada tabel 4.6 (data keberhasilan
dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme siklus 1), dan tabel 4.7 (data keberhasilan siswa
memahami materi ajar siklus 1), seperti berikut.
Tabel 4.6
Data
Keberhasilan dalam Pembelajaran Memahami
Materi Ajar Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keberhasilan dalam Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
8,53
|
Sangat Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
7,62
|
Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,59
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
7,84
|
Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,81
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,87
|
Tinggi
|
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa keberhasilan
ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,87 dengan
kategori tinggi.
Tabel 4.7
Data
Keberhasilan Siswa
dalam Memahami
Materi Ajar pada Siklus 1
Kategori Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi
Ajar pada Siklus 1
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
5 siswa
|
19 siswa
|
8 siswa
|
-
|
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 siswa, tentang pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 7 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 19 orang siswa
dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 orang siswa dengan kategori sedang
(tuntas).
Dari 32 orang siswa, keberhasilan
belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 6 orang siswa yang tingkat
keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 32 orang siswa semuanya mengikuti
kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar
nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 1, seperti pada tabel 3 dapat dilihat
pada tabel 4.8 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 1) dan tabel 4.9
(data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 1), sebagai berikut.
Tabel 4.8
Data
Keberhasilan
dalam
Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa Siklus 1
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk
Kerja
|
1
|
Kemampuan efektif
|
7,48
|
Sedang
|
2
|
Kemampuan kognitif
|
7,55
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan psikomotorik
|
7,62
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,55
|
Tinggi
|
Tabel D.1 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata 7,55 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.9
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 1
Kategori Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
|
|||
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
10 siswa
|
14 siswa
|
8 siswa
|
|
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja pada
materi ajar pokok bahasan perkalian, komposisinya sebagai berikut: (1) 10 orang
siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 14 orang siswa dengan
kategori tinggi (tuntas); dan (3) 8
siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
hasil unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik 1, berikut ini.
Grafik 1
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 1

Baik keberhasilan dan kelemahan
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme dapat dilihat pada grafik 1 di atas. Jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
7
orang siswa dengan kategori sangat tinggi, dan 19 0rang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
11
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 12 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme.
3)
6
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
9
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan ketekunan.
5)
10
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 14 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
5
siswa dengan kategori sangat baik, dan 19 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)
8
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan apektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
8
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi
pelaksanaan tindakan siklus 1, yang didapat dari hasil diskusi antara guru dan
observer, pada proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme, adalah sebagai berikut: (1) mutu tindakan
masih kurang sempurna menurut pendapat peneliti walaupun oleh observer
dikategorikan baik; (2) kecukupan waktu masih mengalami kendala sebab kondisi
siswa usai libur panjang. Artinya, konsentrasi belajar siswa masih kurang; (3)
ketentuan belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya
dengan kategori sedang; dan (4)
kelemahan atau kekurangan dalam tindakan siklus 1 tersebut diperbaiki
pada tindakan siklus 2 dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.
b. Deskripsi
Siklus 2
Penelitian tindakan kelas siklus 2
menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing);
dan (4) refleksi (reflecting). Data
masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan siklus 2 dikembangkan berdasarkan hasil refleksi
siklus 1. Pada tahap ini tim peneliti melakukan upaya sebagai berikut.
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian
berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap
komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan siklus 2 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan
itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator
hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2) Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja
Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 2.
2. Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan (acting) siklus 2, guru dan siswa
melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan perkalian berdasarkan
langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme, sesuai dengan
rencana tindakan siklus 2, sebagai hasil refleksi siklus 1. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)
Penyajian
epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan
langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai
tujuan.
2)
Elaborasi
1, guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)
Sintesis
1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5) Elaborasi 2, guru menjelaskan tentang hal-hal yang
kurang dan belum dipahami siswa.
6) Konsolidasi, guru menanyakan permasalahan/kesulitan
siswa dalam memahami materi ajar, terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk
kerjanya dinilai dengan kategori sedang pada siklus 1.
7) Pengumpulan hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk
dievaluasi sebagai data hasil pemahaman siswa terhadap materi ajar.
8) Seluruh data yang harus didapat oleh observer, yaitu
penilaian sikap, pengamatan aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat
oleh guru, yaitu nilai hasil belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya,
diolah bersama untuk diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan
perencanaan siklus 3.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas
guru dan siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap
pengamatan dilakukan dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang
observer pada waktu proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1) Pada waktu penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1,
observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati/menilai
sikap siswa dalam proses pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang
dikotomi dari daftar penilaian sikap siklus 2 seperti pada daftar tabel 1 dalam
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.10 (data keaktifan dalam pembelajaran
siklus 2) dan tabel 4.11 (data keaktifan siswa siklus 2), seperti berikut ini.
Tabel 4.10
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai
Rata-rata
|
Tingkat
Keaktifan
dalam Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
7,56
|
Baik
|
2
|
Ketekunan
|
7,78
|
Baik
|
3
|
Tanggung jawab
|
7,53
|
Baik
|
4
|
Konsultasi
|
7,69
|
Baik
|
5
|
Solusi
|
7,75
|
Baik
|
6
|
Kerja sama
|
7,65
|
Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,62
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,65
|
Baik
|
Pada tabel 4.10, menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki
nilai rata-rata kelas 7,65 dengan kategori baik.
Tabel 4.11
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 2
Kategori
Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
14 Siswa
|
11 Siswa
|
7 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar
mengenai cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 14 orang siswa dengan ketegori
sangat baik; (2) 11 orang siswa dengan kategori baik; dan (3) 7 orang siswa
dengan kategori cukup. Dari 32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar
rata-rata sebagian besar siswa menunjukkan baik, tetapi 7 orang siswa lainnya
tingkat keaktifannya masih dalam kategori cukup.
Pada waktu penyajian elaborasi 2,
konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati aktivitas guru, sedangkan observer
II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman hasil pengamatan dari daftar observasi
siswa siklus 2, seperti pada tabel 7 dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dapat dilihat
pada tabel 4.12 (data keaktifan dalam unjuk kerja siklus 2), sebagai berikut.
Tabel 4.12
Data Keaktifan
dalam Unjuk Kerja Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,66
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,57
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,61
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,61
|
Baik
|
Tabel
4.12 menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang
siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata kelas 7,61 dengan
kategori baik.
Tabel 4.13
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori
Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
|
|||
Sangat
Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
9 siswa
|
16 siswa
|
7 siswa
|
-
|
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 9 orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 16 orang siswa dengan
kategori baik; dan (3) 7 orang siswa dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil
pengamatan menunjukkan sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan
kategori baik, sedangkan 8 orang siswa lainnya masih terkategori cukup. Dari
hasil pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme yang
dilakukan dua orang observer, seperti tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman
pengamatan yang dikotomi dari daftar tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan
pada tabel 4.14 (data hasil observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel
4.14
Data Keaktifan Guru pada Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai Observer I
|
Nilai Observer II
|
Nilai Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi pengajaran
|
8,50
|
8,40
|
8,45
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,50
|
8,40
|
8,50
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,62
|
8,38
|
8,50
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai Observer I
|
Nilai Observer II
|
Nilai Rata-rata
|
Kategori
|
4
|
Fasilitas media
|
9,00
|
8,00
|
8,50
|
Baik
|
Jumlah
|
34,62
|
33,18
|
33,95
|
|
|
Rata-rata
|
8,65
|
8,30
|
8,48
|
|
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa keaktifan
guru dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme siklus 2, komposisinya sebagai berikut: (1)
strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3)
kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil
belajar siswa pada siklus 2, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar
tentang cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi
dari daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 2, seperti pada tabel 8,
dapat pada tabel 4.15 (data keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus
2), dan tabel 4.16 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 2),
seperti berikut.
Tabel 4.15
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat
Keberhasilan dalam Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
7,65
|
Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
7,68
|
Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,81
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
7,71
|
Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,84
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,74
|
Tinggi
|
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa keberhasilan
ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar tentang pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata kelas 7,74 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.16
Data
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 2
Kategori
Keberhasilan Siswa
dalam
Memahami Materi Ajar pada
Siklus 2
|
|||
Sangat
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
15 siswa
|
13 siswa
|
4 siswa
|
-
|
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32, tentang cara pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 15 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 13 orang siswa
dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 4 orang siswa dengan kategori sedang
(tuntas).
Dari 32 orang siswa, keberhasilan
belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 4 orang siswa yang tingkat
keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 32 orang siswa semuanya
mengikuti kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari
daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 2, seperti pada tabel 8 dapat
dilihat pada tabel 4.17 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 2) dan
tabel 4.18 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 2), sebagai berikut.
Tabel 4.17
Data
Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja
Siswa Siklus 2
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk
Kerja
|
1
|
Kemampuan efektif
|
7,60
|
Tinggi
|
2
|
Kemampuan kognitif
|
7,70
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan psikomotorik
|
7,74
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,68
|
Tinggi
|
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata 7,68 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.18
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 2
Kategori
Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
|
|||
SangatTinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
750 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
10 siswa
|
16 siswa
|
6 siswa
|
-
|
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja materi
ajar perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
komposisinya sebagai berikut: (1) 10 orang siswa dengan kategori sangat tinggi
(tuntas); (2) 16 orang siswa dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 6 siswa dengan kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, hasil
unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik 2, berikut ini.
Grafik 2
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 2

Baik keberhasilan dan kelemahan
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme dapat dilihat pada grafik di atas. Jelasnya
mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
15
orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 13 0rang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
14
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 11 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme.
3)
4
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
7
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan
ketekunan.
5)
10
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 16 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
9
siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pokok bahasan perkalian.
7)
6
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan koggnitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
7
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 2, yang
didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
adalah sebagai berikut.
1)
Menurut
pendapat peneliti, mutu tindakan masih agak sempurna walaupun oleh observer
dikategorikan baik.
2)
Ketersedian
waktu tidak mengalami kendala, sebab konsolidasi dan arahan dalam pembelajaran
perlu dilakukan secara optimal.
3)
Ketuntasan
belajar siswa semuanya tuntas namun masih ada siswa yang nilainya dengan
kategori sedang menurun jumlahnya.
4)
Kelemahan
atau kekurangan dalam tindakan siklus 2 diperbaiki pada tindakan siklus 3 dan
diharapkan hasilnya lebih meningkat lagi.
c. Deskripsi Siklus 3
Penelitian tindakan kelas siklus 3
menempuh empat tahapan berikut: (1) perencanaan tindakan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing);
dan (4) refleksi (reflecting). Data
masing-masing tahapan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap perencanaan tindakan siklus 3, tim
peneliti menempuh serangkaian kegiatan yang diupayakan agar berkontribusi pada
kelancaran pelaksanaan tindakan siklus 3. Setiap kegiatan yang direncanakan
tidak lepas dari masalah yang ingin diselesaikan dan solusi untuk mengatasinya.
Adapun kegiatan dimaksud, sebagai berikut.
1)
Tim
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan perkalian
berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme. Setiap
komponen yang direncanakan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
tertulis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dan siswa pada saat
pelaksanaan tindakan siklus 3 berlangsung. Beberapa komponen yang dirumuskan
itu, antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator
hasil belajar; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pokok; (6) kegiatan belajar
mengajar; (7) alat dan sumber belajar; dan (8) penilaian.
2) Membuat instrumen, antara lain: (1) Lembar Kerja
Siswa; (2) Lembar Observasi; dan (3) Lembar Tes Siklus 3.
2. Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan
tindakan (acting) siklus 3, guru dan
siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar pokok bahasan perkalian
berdasarkan langkah-langkah variasi metode KUMON model konstruktivisme, sesuai
dengan rencana tindakan siklus 3, sebagai hasil refleksi siklus 2. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1)
Penyajian
epitome, guru menerangkan kerangka isi materi ajar dan menjelaskan
langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam rangka mencapai
tujuan.
2)
Elaborasi
1, guru menjelaskan pokok bahasan perkalian.
3)
Sintesis
1, guru membimbing siswa memahami materi ajar, terutama siswa yang nilai hasil
belajarnya dengan kategori sedang.
4)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk selanjutnya dinilai sebagai data nilai
pemahaman siswa terhadap materi ajar.
5)
Elaborasi
2, guru menjelaskan tentang materi ajar perkalian.
6)
Konsolidasi,
guru menanyakan permasalahan/kesulitan siswa dalam memahami materi ajar,
terutama kepada siswa yang nilai hasil unjuk kerjanya dinilai dengan kategori
sedang pada siklus 3.
7)
Pengumpulan
hasil unjuk kerja siswa oleh guru untuk dievaluasi sebagai data hasil pemahaman
siswa terhadap materi ajar.
8)
Seluruh
data yang harus didapat oleh observer, yaitu penilaian sikap, pengamatan
aktivitas siswa dan guru, serta data yang didapat oleh guru, yaitu nilai hasil
belajar siswa dan unjuk kerja siswa. Selanjutnya, diolah bersama untuk
diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai acuan perencanaan siklus
berikutnya.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan
atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data aktivitas guru dan siswa
sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan
dua kali. Setiap pengamatan dilakukan oleh dua orang observer pada waktu proses
pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1) Pada waktu
penyajian epitome, elaborasi 1, sintesis 1, observer I mengamati aktivitas
guru, sedangkan observer II mengamati/menilai sikap siswa dalam proses
pembelajaran. Adapun hasil rangkuman jawaban yang dikotomi dari daftar
penilaian sikap siklus 3 seperti pada daftar tabel 11 dalam pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme, dapat dilihat pada tabel 19 (data keaktifan dalam pembelajaran
siklus 3) dan tabel 4.20 (data keaktifan siswa siklus 3), seperti berikut ini.
Tabel 4.19
Data Keaktifan dalam Pembelajaran Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan
dalam Pembelajaran
|
1
|
Disiplin
|
8,39
|
Sangat Baik
|
2
|
Ketekunan
|
8,37
|
Sangat Baik
|
3
|
Tanggung jawab
|
8,37
|
Sangat Baik
|
4
|
Konsultasi
|
8,22
|
Sangat Baik
|
5
|
Solusi
|
8,28
|
Sangat Baik
|
6
|
Kerja sama
|
8,56
|
Sangat Baik
|
7
|
Kemandirian
|
7,59
|
Baik
|
Rata-rata
|
8,04
|
Sangat Baik
|
Pada tabel 4.19, menunjukkan
bahwa tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, dari 32 siswa memiliki
nilai rata-rata 8,04 dengan kategori sangat baik.
Tabel 4.20
Data Keaktifan Siswa Memahami Materi Ajar Siklus 3
Kategori
Keaktifan Menganalisis Materi Ajar
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8.00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
23 Siswa
|
4 Siswa
|
5 Siswa
|
-
|
Pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa
tingkat keaktifan siswa belajar dari 32 siswa dalam memahami materi ajar
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
sebagai berikut: (1) 23 orang siswa dengan ketegori sangat baik; (2) 4 orang
siswa dengan kategori baik; dan (3) 5 orang siswa dengan kategori cukup. Dari
32 orang siswa, hasil penilaian keaktifan belajar rata-rata sebagian besar
siswa menunjukkan baik, tetapi 5 orang siswa lainnya tingkat keaktifannya masih
dalam kategori cukup.
2)
Pada
waktu penyajian elaborasi 2, konsolidasi, sintesis 2, observer I mengamati
aktivitas guru, sedangkan observer II mengamati aktivitas siswa. Rangkuman
hasil pengamatan dari daftar observasi siswa siklus 3, seperti pada tabel 2
dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode
KUMON model konstruktivisme dapat dilihat pada tabel 4.21 (data keaktifan dalam
unjuk kerja siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.21
Data Keaktifan dalam Unjuk Kerja Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keaktifan dalam Unjuk
Kerja
|
1
|
Mengingat
|
7,81
|
Baik
|
2
|
Menggunakan
|
7,77
|
Baik
|
3
|
Mengembangkan
|
7,88
|
Baik
|
Rata-rata
|
7,82
|
Baik
|
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa dalam unjuk kerja dari 32 orang siswa dalam pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme
memiliki nilai rata-rata kelas 7,82 dengan kategori baik.
Tabel 4.22
Data Keaktifan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori
Keaktifan Unjuk Kerja Siswa
|
|||
Sangat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
12 siswa
|
16 siswa
|
4 siswa
|
-
|
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut: (1) 12
orang siswa dengan kategori sangat baik; (2) 16 orang siswa dengan kategori
baik; dan (3) 4 orang siswa dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan
sebagian besar siswa dinyatakan sudah aktif dengan kategori baik, sedangkan 4
orang siswa lainnya masih terkategori cukup.
Dari hasil pengamatan aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme yang dilakukan dua orang observer, seperti
tertuang pada lampiran 7. Hasil rangkuman pengamatan yang dikotomi dari daftar
tabel 10 lembar observasi guru ditunjukkan pada tabel 4.23 (data hasil
observasi aktivitas guru), seperti berikut ini.
Tabel 4.23
Data Keaktifan Guru pada Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai Observer I
|
Nilai Observer II
|
Nilai Rata-rata
|
Kategori
|
1
|
Strategi pengajaran
|
8,50
|
8,40
|
8,45
|
Baik
|
2
|
Kefektifan
|
8,40
|
8,60
|
8,05
|
Baik
|
3
|
Kemampuan
|
8,60
|
8,40
|
8,05
|
Baik
|
No
|
Aspek
|
Nilai Observer I
|
Nilai Observer II
|
Nilai Rata-rata
|
Kategori
|
4
|
Fasilitas media
|
8,80
|
8,00
|
8,04
|
Baik
|
Jumlah
|
34,30
|
33,40
|
33,85
|
|
|
Rata-rata
|
8,76
|
8,46
|
8,61
|
|
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa keaktifan
guru dalam proses pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme siklus 3, komposisinya sebagai berikut: (1)
strategi pengajaran terkategori baik; (2) keefektifan terkategori baik; (3)
kemampuan terkategori baik; dan (4) fasilitas media terkategori baik.
4. Evaluasi dan Refleksi (Reflecting)
Keberhasilan dan kelemahan hasil belajar
siswa pada siklus 3, dari 32 orang siswa semuanya memahami materi ajar tentang
cara pokok bahasan perkalian. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari
daftar nilai hasil belajar siswa siswa siklus 3, seperti pada tabel 13, dapat
pada tabel 4.24 (data keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme siklus 3), dan tabel
4.25 (data keberhasilan siswa memahami materi ajar siklus 3), seperti berikut.
Tabel 4.24 Data
Keberhasilan dalam Pembelajaran Memahami Materi Ajar Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Pembelajaran
|
1
|
Kecermatan
|
8,56
|
Sangat Tinggi
|
2
|
Kecepatan
|
8,06
|
Sangat Tinggi
|
3
|
Kesesuaian
|
7,53
|
Tinggi
|
4
|
Kuantitas
|
8,09
|
Sangat Tinggi
|
5
|
Kualitas
|
7,50
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,95
|
Tinggi
|
Tabel 4.24 menunjukkan bahwa keberhasilan
ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam memahami materi ajar perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme memiliki nilai rata-rata
kelas 7,95 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.25
Data
Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 3
Kategori Keberhasilan Siswa dalam Memahami Materi Ajar pada Siklus 3
|
|||
Sangat
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _ 7,99
|
7,00 _ 7,49
|
6,00 _ 6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
21 siswa
|
9 siswa
|
2 siswa
|
-
|
Tabel 4.25 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32, tentang cara pokok bahasan perkalian
dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, sebagai berikut:
(1) 21 orang siswa dengan kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 9 orang siswa
dengan kategori tinggi (tuntas); dan (3) 2 orang siswa dengan kategori sedang
(tuntas).
Dari 32 orang siswa, keberhasilan
belajarnya dinyatakan tuntas semua, tetapi masih ada 2 orang siswa yang tingkat
keberhasilannya termasuk kategori sedang.
Dari 32 orang siswa semuanya
mengikuti kegiatan pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme. Adapun rangkuman jawaban yang dikotomi dari
daftar nilai hasil unjuk kerja siswa pada siklus 3, seperti pada tabel 14 dapat
dilihat pada tabel 4.26 (data keberhasilan dalam unjuk kerja siklus 3) dan tabel
4.27 (data keberhasilan unjuk kerja siswa siklus 3), sebagai berikut.
Tabel 4.26
Data Keberhasilan
dalam Pembelajaran Berdasarkan Unjuk Kerja Siswa
Siklus 3
No
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Tingkat Keberhasilan dalam Unjuk
Kerja
|
1
|
Kemampuan efektif
|
7,66
|
Sedang
|
2
|
Kemampuan kognitif
|
7,84
|
Tinggi
|
3
|
Kemampuan psikomotorik
|
7,83
|
Tinggi
|
Rata-rata
|
7,79
|
Tinggi
|
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa, dalam unjuk kerja tentang
cara pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme memiliki nilai rata-rata 7,79 dengan kategori tinggi.
Tabel 4.27
Data Keberhasilan Unjuk Kerja Siswa pada Siklus 3
Kategori
Keberhasilan Siswa Memahami Materi Ajar
|
|||
Sangat
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kurang
|
>8,00
|
7,50 _
7,99
|
7,00 _
7,49
|
6,00 _
6,99
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
11 siswa
|
18 siswa
|
3 siswa
|
|
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa
keberhasilan/ketuntasan belajar dari 32 orang siswa dalam unjuk kerja pokok
bahasan perkalian, dengan menggunakan variasi metode KUMON model
konstruktivisme komposisinya sebagai berikut: (1) 11 orang siswa dengan
kategori sangat tinggi (tuntas); (2) 18 orang siswa dengan kategori tinggi
(tuntas); dan (3) 3 siswa dengan
kategori sedang (tuntas).
Hasil proses pembelajaran pokok bahasan
perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme, hasil
unjuk kerja dan keaktifan siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 3
Keberhasilan dan
Kelemahan Siklus 3

Baik keberhasilan dan kelemahan
pembelajaran pokok bahasan perkalian dapat dilihat pada grafik 3 di atas.
Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
21
orang siswa, dengan kategori sangat tinggi, dan 9 0rang siswa dengan kategori
tinggi berhasil memahami materi ajar.
2)
23
orang siswa dengan kategori sangat baik, dan 4 orang siswa dengan kategori
baik, aktif mengikuti pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme.
3)
2
orang siswa dengan kategori sedang, disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kecermatan, kecepatan, kesesuaian, kuantitas, dan
kualitas.
4)
5
orang siswa dengan kategori cukup, disebabkan kurang aktif mengikuti
pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON
model konstruktivisme, yaitu dari aspek: solusi, konsultasi, disiplin, dan
ketekunan.
5)
11
siswa, dengan kategori sangat tinggi dan 18 orang siswa dengan kategori tinggi,
berhasil memahami materi ajar.
6)
12
siswa dengan kategori sangat baik, dan 16 orang siswa dengan kategori baik dan
aktif mengikuti unjuk kerja pada materi ajar pokok bahasan perkalian.
7)
3
orang siswa dengan kategori sedang disebabkan kurang mampu memahami materi
ajar, yaitu dari aspek: kemampuan afektif, kemampuan kognitif, dan kemampuan
psikomotorik.
8)
4
orang siswa dengan kategori cukup disebabkan kurang aktif mengikuti unjuk kerja
pokok bahasan perkalian.
Evaluasi kekurangan dan solusi pelaksanaan tindakan siklus 3, yang
didapat dari hasil diskusi antara guru dan observer, pada proses pembelajaran pokok
bahasan perkalian dengan menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme,
adalah sebagai berikut.
1)
Menurut
pendapat peneliti maupun observer, mutu tindakan dikategorikan baik, akan
tetapi bagi yang melanjutkan penelitian ini tingkatkan lagi.
2)
Ketersediaan
waktu tidak mengalami kendala, sebab kondisi pembelajaran diatur secara
bertahap, sehingga pembelajaran mengikuti jatah waktu yang sudah ditentukan
pada tahap pembelajaran (lampiran 2) secara optimal.
3)
Ketuntasan
belajar siswa semuanya tuntas, namun masih ada siswa yang nilainya dengn
kategori sedang.
4)
Kelemahan
atau kekurangan dalam tindakan siklus 3 tersebut diperbaiki pada tindakan
pembelajaran berikutnya dan diharapkan hasilnya lebih meningkat.
Hasil perubahan dalam peningkatan
pemahaman, aktivitas, dan pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Grafik 4
Peningkatan
Pemahaman Siswa

Hasil perubahan peningkatan pemahaman
siswa dapat dilihat pada grafik 4, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)
Nilai
rata-rata keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dari siklus 1, siklus 2,
dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang
disebabkan oleh mutu tindakan.
2)
Nilai
keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan
peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan
waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
Grafik 5
Hasil Peningkatan Aktivitas Siswa

Hasil
perubahan meningkatkan aktivitas unjuk kerja, dapat dilihat pada grafik 5, yang
menunjukkan sebagai berikut.
1)
Nilai
rata-rata keberhasilan dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian dengan
menggunakan variasi metode KUMON model konstruktivisme dari siklus 1, siklus 2,
dan siklus 3 menunjukkan peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang
disebabkan oleh mutu tindakan.
2)
Nilai
keaktifan dalam unjuk kerja dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menunjukkan
peningkatan, yaitu peningkatan pemahaman siswa yang mencerminkan ketersediaan
waktu belajar tercapai, serta ketuntasan belajar.
Grafik 6
Hasil Perubahan Pengembangan Pembelajaran

Hasil
perubahan pengembangan pembelajaran dapat dilihat pada grafik 6, yang
menunjukkan sebagai berikut.
1)
Nilai
pengamatan kemampuan dan fasilitas dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3,
menyatakan rata-rata dengan kategori baik, berarti ada perubahan pengembangan
pembelajaran.
2)
Nilai
dari hasil pengamatan fasilitas pembelajaran dari siklus 1, siklus 2, dan
siklus 3 rata-rata dengan kategori sangat tinggi, berarti adanya daya tarik
dalam pembelajaran.
3)
Nilai
pengamatan strategi pengajaran dan keefektifan rata-rata dengan kategori sangat
tinggi, berarti adanya perencanaan strategi pengajaran yang baik dapat
berakibat pada efisiensi waktu/ketersediaan waktu.
4)
Hasil
belajar tuntas, seiring meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.
H.
Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penggunaan variasi metode
KUMON model konstruktivisme dalam pembelajaran perkalian, dapat diambil
simpulan sebagai berikut.
1.
Perencanaan
pembelajaran mata pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian berdasarkan
variasi metode KUMON model konstruktivisme yang diupayakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda, baik pada siklus 1,
siklus 2, maupun siklus 3 terdiri atas komponen berikut: (1) standar
kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator hasil belajar, (4) tujuan
pembelajaran, (5) materi pokok, (6) kegiatan belajar mengajar, (7) alat dan
sumber belajar, dan (8) penilaian.
2.
Pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian berdasarkan
variasi metode KUMON model konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda, baik pada siklus 1, siklus 2, maupun
siklus 3 menempuh langkah-langkah berikut: (1) guru menjelaskan kerangka isi
materi ajar dan langkah-langkah belajar yang harus ditempuh oleh siswa dalam
rangka mencapai tujuan, (2) guru menjelaskan materi ajar perkalian sesuai
dengan kerangka isi materi pokok yang telah direncanakan, (3) guru membimbing
siswa saat memahami materi ajar, (4) guru menilai hasil unjuk kerja siswa yang
menunjukkan tarap pemahamannya terhadap materi ajar, (5) guru memberikan tindak
lanjut, (6) guru bertanya jawab dengan siswa sehubungan dengan materi ajar yang
telah dipelajari, dan (7) guru memberikan bahan penugasan untuk diselesaikan di
rumah secara individu dan menutup kegiatan pembelajaran.
3.
Ada
peningkatan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Karangbenda dalam mata
pelajaran matematika pada pokok bahasan perkalian setelah menggunakan variasi
metode KUMON model konstruktivisme.
b.
Saran
Ada
beberapa saran yang diajukan didasarkan pada temuan hasil penelitian, yaitu
sebagai berikut.
1.
Guru
diharapkan selalu mengawali proses pembelajaran dari perencanaan yang matang,
termasuk juga kepada guru yang ingin menerapkan variasi metode KUMON model
konstruktivisme dalam pembelajaran pokok bahasan perkalian. Sebuah perencanaan
yang matang tidak saja dibangun oleh adanya komponen-komponen bakunya suatu
perencanaan tetapi juga setiap komponen tersebut harus merupakan satu kesatuan
yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kompetitif bagi
guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Pelaksanaan
pembelajaran yang baik memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan. Agar
tercipta kondisi seperti ini, guru diharapkan melakukan tindakan yang akan mempengaruhi
siswa, sesuai dengan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang telah
direncanakan. Bukan mengambil jalan pintas dan apalagi menganggap perencanaan
hanya sebagai suatu syarat untuk memenuhi administrasi saja.
3.
Pertahankan
hasil belajar siswa yang sudah meningkat dan tingkatkan selalu hal itu melalui
berbagai cara yang memungkinkan terjadinya proses belajar siswa berlangsung
penuh makna. Berbagai cara dimaksud akan ditemukan apabila guru mau berinovasi.
Itu sebabnya kepada guru disarankan agar mau menempuh proses inovasi dengan
cara mengkaji ulang hasil temuan yang sudah teruji secara berulang dan mampu
memodifikasinya secara profesional sehingga akan memberikan kemudahan, baik
bagi guru maupun siswa.
I.
Daftar Pustaka
Amat, Mukadis. 2006. Pengorganisasian
Isi Pembelajaran Tipe Prosedural. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arief, Aminudin.
1989. Dinamika Kegiatan dalam Strategi Belajar Mengajar. Malang: LSW.
Dengeng,
I Nyoman Sudana. 2000. Peran Teknologi Pembelajaran di Era
Kesemrawutan Global, Makalah Seminar Nasional Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pendidikan UNJ.
……………………………….,1989.
Ilmu
Pembelajaran Taksonomi Variabel. Jakarta:Depdikbud, Dirjen Dikti:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi.
……………………………….,1988.
Pengorganisasian
Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan Pengaruhnya terhadap Perolehan
Belajar Informasi Verbal dan Konsep. Disertasi untuk Memperoleh Gelar
Doktor di Bidang Teknologi Pengajaran. Malang:FPS IKIP Malang.
Dimyati,
M. 1989. Landasan Kependidikan. Jakarta:Dirjen Dikti Depdikbud RI.
Dimyati,
M. dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta:Rineka Cipta.
Gagne, R. M. 1986. The Condition of Learning.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne,
R.M & Briggs, J.L. 1988. Principles of
Instuctional Technology Second Edition. New York:
Holt, Rinehart and Winston.
Herawati, Susilo. 2006. Pelaporan
Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LSW.
Hermawan, Asep. 2007. Strategi
Belajar Mengajar Berorientasi Contextual Teaching and Learning. Ciamis:
Universitas Galuh Press.
Lemlit, U.M. 2006. Pedoman Penyusunan Proposal dan
Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: LPUNM.
Millis, Jamie D. 2005. Teaching
The Mixed Model Design. www. Findarticles.com/p/articles/ml.qa3673/2005ai-nl3633258.
Saifudin,
Anwar. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yagyakarta: Liberty.
Sa’dun,
Akbar. 2006.
Penyusunan
Proposal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suhadi, Ibnu. 2006. Dinamika Pembelajaran
Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, B. Hamzah. 2007. Model
Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta:Bumi Aksara.
Winkel,
WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.